Salah satu jalan yang harus ditempuh oleh
seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala adalah dengan
senantiasa mengingat-Nya, dzikrullah. Dzikir adalah ibadah unggulan yang
tak terbatas ruang maupun kondisi. Ia bisa dilakukan kapan saja, dalam
setiap situasi.
Dzikir bisa dilakukan dengan dua cara. Secara keras (jahr) dan perlahan (sirr). Keduanya memiliki keutamaan dan penerapannya masing-masing. Dzikir jahr
bisa dilakukan di waktu tertentu, saat senggang, di masjid-masjid
maupun majlis ilmu atau rumah-rumah kaum muslimin. Sementara dzikir sirr, bisa tetap dikerjakan ketika seseorang tengah bekerja, dalam perjalanan, sambil belajar maupun aktivitas kebaikan lainnya.
Allah Ta’ala amat menganjurkan dzikir;
menyebut, mengagungkan, dan mensucikan nama-nama-Nya yang agung. Melalui
lisan Nabi-Nya, Dia juga mengajarkan kalimat-kalimat dzikir yang padat
nan ringkas, namun memilik keutamaan yang amat besar dan mulia. Mahasuci
Allah Ta’ala.
Nabi Musa ‘Alahis salam berkata kepada
Rabbnya, “Ya Allah, ajarkanlah kepadaku tentang sesuatu untuk berdzikir
kepada-Mu?” Allah Ta’ala pun menjawab, “Ucapkanlah Laa ilaha illallah.”
Dalam riwayat yang disampaikan oleh Imam
an-Nasa’i ini, Nabi Musa As memohon kepada Allah Ta’ala selepas
mendapatkan ajaran tentang kalimat dzikir yang mulia itu. Pinta Nabi
Musa As, “Ya Allah, setiap kali mengucapkan dzikir ini, berikanlah aku
pahala yang istimewa.”
Maka Allah Ta’ala mengatakan dalam
firman-Nya sebagaimana disebutkan dalam hadits Qudsi dari Abu Sa’id
al-Khudri ini, “Wahai Musa, seandainya tujuh lapis bumi beserta isinya
digabungkan dengan tujuh lapis langit dengan seluruh semestanya dan
diletakkan di sebelah timbangan kalimat Laa ilaha illallah, niscaya kalimat itu lebih berat, melebihi semua itu.”
Itulah kalimat thayyibah yang memiliki
keutamaan tak terbanding. Kalimat yang disebutkan dalam hadits lain,
jika diucapkan dengan ikhlas, kemudian pelakunya mati, maka ia berhak
atas surga-Nya Allah Ta’ala.
Dalam riwayat lainnya oleh Imam Thabrani
dan Baihaqi disebutkan kisah tentang sesosok jasad. Malaikat memeriksa
seluruh anggota tubuh jasad itu, tetapi tak ditemukan satu pun kebajikan
di dalamnya. Maka sang malaikat melanjutkan pemeriksaan ke dalam
hatinya, hasilnya sama: tak terdapat kebajikan di dalamnya.
Kemudian malaikat memeriksa mulutnya. Di rongga mulut terdapatlah lidah
yang menempel ke langit-langit mulut dalam keadaan mengucap Laa ilaha illallah. Maka disebutkan, “Diampuni segala dosanya karena adanya kalimat yang ikhlas itu.” [Pirman]
sumber : http://kisahikmah.com
0 comments:
Post a Comment