Terimakasih atas kunjungan teman" di blog saya. http://info-harianku.blogspot.com/ di ciptakan hanya untuk arsip berita pribadi. apabila dalam blog terdapat kekurangan / kesalahan, mohon kiranya beri kritik dan saran. terimakasih.

Friday 29 January 2016

Anda Akan Terkejut Setelah Membaca Artikel Ini! Subhannallah! Tak Disangka, Ternyata Air Rebusan Jagung Bisa Menumpas Tekanan Darah Tinggi, Diabetes Melitus, Batu Empedu Dan Batu Ginjal!!

Air rebusan jagung nyatanya bermanfaat untuk mengobati beberapa penyakit, salah satunya yakni untuk menyembuhkan tekanan darah tinggi/hipertensi, diabetes, mengobati batu empedu, mengobati tekanan batu ginjal, dan untuk menghentikan kebiasaan mengompol pada anak.
1. Air rebusan jagung untuk menyembuhkan tekanan darah tinggi
– Bahan yang diperlukah yaitu 5-7 tongkol jagung muda dan 1 genggam rambut jagung
– Semuanya bahan direbus dengan air 110 ml
– Saring air rebusan jagung itu, dan minum keseharian selama 7 hari.
2. Air rebusan jagung untuk pasien diabetes
– Rebus jagung tanpa mengeluarkan dari tangkainya karena disadari sisi berikut letak khasiatnya
– Setelah masak minumlah air rebusan jagung itu dengan cara teratur seminggu dua sampai tiga kali
– Dengan ketekunan, tentu Anda akan merasakan hasilnya.
3. Air rebusan jagung untuk menghentikan rutinitas mengompol pada anak
– Bahan yang diperlukah yakni 1 genggam rambut jagung
– Seduh rambut jagung dan minum 1 cangkir teh rambut jagung sebelum tidur.
– Jauhi menggunakan rambut jagung secara berlebihan, karena rambut jagungdapat menurunkan tekanan darah dengan cara mencolok kurun waktu yang singkat.
4. Air rebusan jagung untuk mengobati tekanan batu ginjal
– Bahan yang diperlukah yakni jagung muda 4 tongkol, rambut jagung 1 genggam dan daun Keji Beling segar 8 helai.
– Semua bahan direbus dengan air 110 ml
– Saring air rebusan jagung itu, dan minum keseharian.
– Bila batu ginjalnya sudah keluar (berupa buih, butiran atau kerikil), hentikan penyembuhan.
– Lalu teruskan dengan jamu dari ramuan kumis kucing dan meniran.
– Langkah membuatnya, seduh daun kumis kucing dan 30 gr daun meniran dengan air panas, lalu minum airnya.
5. Air rebusan jagung untuk menyembuhkan batu empedu
-Bahan yang diperlukah yakni jagung muda 5 tongkol dan 5 gr herba kumis kucing segar.
-Seluruhnya bahan direbus dengan air 110ml.
-Saring air rebusan jagung itu, dan minum keseharian selama 2 minggu.

Tuesday 26 January 2016




Es batu serta Minyak Tanah dapat meengobati Asam Urat serta Stroke.
Pengetahuan penyembuhan kuno warisan nenek moyang memang sulit untuk kita cerna dengan akal fikirkan.

seperti yang bakal saya postingkan peluang ini.
Satu kantong es batu kulkasan dirandam dengan minyak tanah dapat menyembuhkan stroke serta asam urat.
Teman dekat new Mobilebog trick ini sangatlah gampang serta tak perlu keluarkan kocek yang dalam.
Sahabat cukup siapkan ember, minyak tanah 1liter, 1 kantong es batu kulkasan serta segenggam garam. (garam kasar) jika dalam bhs jawanya garam lanang, itu lho sob, garam yang belum di giling.

Beberapa bahan yang dibutuhkan :
1. Ember kecil/tengah (asal 2 kaki muat saja)
2. 2 es batu kulkasan/es batu liningan
3. Garam kasar 1 genggaman tangan anda
langkah meramunya begini :
1. Tuangkan minyak tanah kedalam ember.
2. Input es batu kulkasan kedalam ember di isi minyak tanah tersebut
Lalu input garam kedalamnya
aduk perlahan-lahan, diamkan 5 menit, lantas rendam kaki anda kedalam ember.
injak-injak garam yang ada di dalam ember, apabila urat anda terasa tertarik, angkat perlahan lantas ulangilah seperti tadi.
kerjakan melalui langkah teratur tiap-tiap pagi serta sore selama 1 minggu.
insya allah stroke serta asam urat anda bakal tambah baik.
Demikian sedikit informasi insya allah besar faedahnya, terima kasih, semoga berguna.

Monday 4 January 2016

Ketika itu, Allah Subhanahu wata'ala memerintahkan Jibril as agar pergi ke surga yang disebut Jannat al-Buraq, Surga tempat para Buraq dan (supaya) membawa satu Buraq untuk membawa Nabi (saw) dalam perjalanan Isra Mi’raj.

Surga itu dipenuhi Buraq dan dia harus memilih satu Buraq. Ketika dia sedang mencari Buraq ini. Jibril as bingung mana yang harus dipilih, karena mereka semua terlihat sama, dan mereka semua sedang bersalawat atas Nabi saw.

Sebagaimana Allah memerintahkan dalam ayat suci Al-Qur’an: InnaAllaha wa malaikatahu yusalluna ala nabi ya ayyuhal ladzina amanu sollu alaihi wasalimu taslima ,Allah dan malaikat-Nya bersalawat atas Nabi, Wahai orang beriman bersalawatlah kalian atas Nabi dengan sebaik-baiknya salawat.

Jadi Buraq sebenarnya adalah malaikat dalam bentuk Buraq, sehingga mereka pun senantiasa mengucapkan salawat kepada Nabi saw. Jibril (as) melihat seluruh Buraq, dan ia melihat satu Buraq duduk menyendiri menjauh dari yang lain. Buraq itu menangis, dan menangis, dari tangisannya terbentuk sungai mutiara yang indah yang mengalir deras dari matanya yang merupakan tangisan cinta dan kerinduan.

Jibril as pergi mendekati Buraq itu dan berkata, “Semua Buraq lain bersalawat memuji Nabi saw dengan gembira, tetapi mengapa kau disini sendirian menangis, apa yang membuat kau menangis?

Buraq itu berkata, “Ketika Allah menciptakan Buraq dan memberi tahu kami bahwa salah satu dari kami akan membawa Nabi Muhammad saw, maka semenjak hari itu aku menangis tak pernah berhenti. Aku berkata, “Ya Allah hatiku terbakar karena cintaku kepada Nabi saw, dan aku memohon kepada-Mu untuk menjadi Buraq yang membawa Nabi Muhammad saw ke surga-Mu.

Maka sejak hari itu aku menangis terus menerus dengan rasa cinta dan kerinduan yang amat sangat kepada Nabi Muhammad saw. Jibril as mengatakan kalau begitu kaulah yang aku pilih untuk membawa Nabi saw.

Dan Syaikh Muhyidin ibn Arabi mengatakan pada saat itu pula air mata Buraq itu berhenti menangis karena rasa bahagia bahwa ia akan membawa Sayyidina Muhammad saw. Inilah buah yang manis dari tangisan karena cinta dan kerinduan kepada Nabi saw.



Buatlah Matamu Menangis Karena Cinta

Wahai Muslim! Buka mata kalian. Apakah kalian ingin melihat Nabi Muhammad (saw)? Jika kalian ingin melihat Nabi saw maka buatlah mata kalian menangis karena kerinduan kepada Nabi (saw) dan itu sudah cukup bagi Allah untuk menunjukkan kepada kalian untuk dapat melihat Nabi Muhammad (saw).

Dimalam hari ketika setiap orang telah tertidur, duduklah di sudut ruangan yang gelap, dalam kegelapan tanpa cahaya, kemudian bersalawat bagi Nabi Muhammad (saw) dan katakan,
“Ya Sayyidii Ya Rasuluullah inni uhibuk. Ya Rasulullah adrikni. Salamu alayk Ya Rasulullah sallaAllahu `alayhi wasallam”. “Nazhra ya Rasulullah adrikna ya Rasulullah, unzhur alayna ya Rasulullah”.

Pandanglah kami Yaa Rasulullah, angkatlah penderitaan kami, peganglah tangan kami, nazhran minka ya Rasulullah tutahhiru bihaa qulubaana, adrikna ya Rasulullah Ya Sayyid al-Bashar Ya HabibAllah”. Dengan Doa ini Anda akan merasakan kehadirannya, kalian akan merasakan sesuatu. Dan kemudian menangislah dan menangislah terus menerus sepanjang malam sampai sungai air mata keluar dari mata kalian.

Ketika kalian bisa menangis karena cinta, maka itulah tanda bahwa Sayyidina Muhammad (saw) sedang melihatmu. Begitu air mata kalian keluar, maka itu berarti Nabi saw sedang melihat kalian. Sebagaimana Nabi saw berkata, “Aku melihat ummatku apa yang mereka lakukan, aku mengamati mereka”.

Ternyata karena cinta dan rindunya Buraq yang begitu dasyat kepada Nabi Muhammad Shollallohu 'alaihi wasallam membuatnya mendapat kehormatan yang luar biasa.

SubhanAllohi wabihamdih...
Allohumma Sholli 'alaa Sayyidina Muhammad wa'alaa alihi washohbihi wasallim...

Tuesday 18 August 2015

Waktu-waktu yang Mustajab Untuk Berdoa
Doa merupakan salah satu kekuatan besar umat muslim. Ketika tangan dan lisan sudah tidak dapat lagi mencegah hal yang buruk dan mengajak pada kebaikan, maka doa adalah upaya pungkasannya. Doa yang tulus ikhlas ibarat tetesan air yang terus menerus mengenai batu yang keras hingga membuat batu itu berlubang.
Agar doa-doa kita terkabul, ada baiknya kita berdoa pada waktu-waktu yang mustajab. Kapankah itu? Berikut uraiannya.
1

Ketika sahur atau sepertiga malam terakhir

Doa mustajab yaitu saat sahur (sepertiga malam terakhir)
Ketika waktu sahur (akhir-akhir malam), mereka berdoa memohon ampunan” (QS. Adz Dzariyat: 18)
Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman: ‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan, orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan Kuampuni‘” (HR. Bukhari no.1145, Muslim no. 758)
2

Saat berbuka puasa

Berbuka puasa dengan kurma dan air putih
Orang yang berpuasa memiliki 2 kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka puasa dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-Nya kelak” (HR. Muslim, no.1151)
Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil dan doanya orang yang terzhalimi” (HR. Tirmidzi no.2528, Ibnu Majah no.1752, Ibnu Hibban no.2405, dishahihkan Al Albani diShahih At Tirmidzi)
3

Saat malam lailatul qadar

Lembaran ayat suci Al-Quran Surat Al-Qadr
Malam Lailatul Qadr lebih baik dari 1000 bulan” (QS. Al Qadr: 3)
“Aku bertanya kepada Rasulullah: Wahai Rasulullah, menurutmu apa yang sebaiknya aku ucapkan jika aku menemukan malam Lailatul Qadar? Beliau bersabda: Berdoalah, ‘Ya Allah, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dan menyukai sifat pemaaf, maka ampunilah aku‘”(HR. Tirmidzi, 3513, Ibnu Majah, 3119, At Tirmidzi berkata: “Hasan Shahih”)
4

Saat adzan berkumandang

Muadzin mengumandangkan adzan
Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369, berkata: “Hasan Shahih”)
5

Saat di antara adzan dan iqamah

Speaker masjid saat senja
Doa di antara adzan dan iqamah tidak tertolak” (HR. Tirmidzi, 212, ia berkata: “Hasan Shahih”)
6

Saat sedang sujud dalam salat

Sujud dalam jamaah salat wajib
Seorang hamba berada paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia sedang bersujud. Maka perbanyaklah berdoa ketika itu” (HR. Muslim, no.482)
7

Saat sebelum salam pada salat wajib

Duduk terakhir dalam salat wajib
Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, kapan doa kita didengar oleh Allah? Beliau bersabda: “Di akhir malam dan di akhir shalat wajib” (HR. Tirmidzi, 3499)
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Zaadul Ma’ad (1/305) menjelaskan bahwa yang dimaksud ‘akhir shalat wajib’ adalah sebelum salam.
8

Saat hari Jumat

Sunnah hari Jumat
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menyebutkan tentang hari Jumat kemudian beliau bersabda: ‘Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta’. Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut” (HR. Bukhari 935, Muslim 852 dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu’anhu)
9

Saat hujan turun

Hujan turun
Doa tidak tertolak pada 2 waktu, yaitu ketika adzan berkumandang dan ketika hujan turun” (HR Al Hakim, 2534, dishahihkan Al Albani di Shahih Al Jami’, 3078)
10

Hari Rabu antara Dhuhur dan Ashar

Hari Rabu (Wednesday)
vk.com
Nabi shallallahu ‘alahi Wasallam berdoa di Masjid Al Fath 3 kali, yaitu hari Senin, Selasa dan Rabu. Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu diantara dua shalat. Ini diketahui dari kegembiraan di wajah beliau. Berkata Jabir : ‘Tidaklah suatu perkara penting yang berat pada saya kecuali saya memilih waktu ini untuk berdoa, dan saya mendapati dikabulkannya doa saya
11

Hari Arafah

9 Dzulhijjah adalah hari arafah
Doa yang terbaik adalah doa ketika hari Arafah” (HR. At Tirmidzi, 3585. Di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi)
Hari Arafah adalah hari ketika para jama’ah haji melakukan wukuf di Arafah, yaitu tanggal 9 Dzulhijjah.
12

Saat perang berkecamuk

Ilustrasi perang Badar
Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369, berkata: “Hasan Shahih”)

13

Saat minum air zam-zam

Persediaan air zam-zam di Makkah
Khasiat Air Zam-zam itu sesuai niat peminumnya” (HR. Ibnu Majah, 2/1018. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah, 2502)
Sumber: satujam.com

Friday 14 August 2015

Jumat 28 Syawal 1436 / 14 Agustus 2015 03:30



lelaki selotip mulut bungkam bohong

ISLAM adalah agama yang sempurna. Islam telah mengatur segala aspek kehidupan manusia dengan sangat baik. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Bahkan setiap aktivitas yang kita lakukan terdapat doa yang dicontohkan oleh Rasulullah. Tapi tahukah Anda bahwa seseorang dilarang berbicara ketika buang air besar?
Secara mutlak seseorang dilarang berbicara ketika buang air besar. Tidak boleh menjawab salam dan adzan, kecuali apa yang mengandung suatu keharusan untuk dilakukan, seperti misalnya menunjukan orang buta (dengan menegurnya) yang dikhawatirkan akan terpleset ke dalam parit.


Jika bersin, hendaklah ia mengucapkan pujian kepada Allah di dalam hati tanpa harus diucapkan. Hal ini didasarkan pada hadits dari Ibnu Umar,
“Ada seseorang yang melewati Nabi yang pada saat itu beliau sedang buang air kecil, lalu orang tersebut mengucapkan salam kepada beliau tetapi beliau tidak menjawabnya.” (HR. Jamaah)
Demikian juga hadits dari Abu Sa’id di mana ia mengatakan,
“Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Janganlah dua orang pergi untuk buangn air besar dengan aurat terbuka sembari berbincang-bincang. Sesungguhnya Allah memurkai orang yang berbuat demikian itu.” (HR. Ahmad)
Kedua hadits di atas secara lahiriyah melarang berbicara pada saat buang air besar. Namun ijma’ dari para ulama mengalihkan dari hukum yang dianggap haram menjadi hanya sampai pada derajat makruh saja.

Sumber : Fiqih Wanita Edisi Lengkap/zSyaikh Kamil Muhammad Uwaidah/Pustaka Al-Kautsar

Sunday 14 June 2015

ibu anak lelaki laki laki
ALLAH SWT berfirman pada QS. Al-Ahqaaf: 15’ “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya.”
Berbakti kepada orang tua merupakan suatu kewajiban setiap anak. Kebahagiaan di dunia dan di akhirat akan diperolehnya jika berbakti pada orang tua. Ridha Allah SWT pun terletak pada ridha orang tua. Selain berbakti, kita juga mempunyai kewajiban lain terhadap orang tua, yakni mendengarkan perkatannya, nasihatnya, memberikan nafkah kepadanya apabila mereka telah tua dan kita sebagai anak dalam keadaan berkecukupan, mendoakannya, mengunjunginya, dan berbuat baik dalam perkataan maupun perbuatan. Sedangkan apabila mereka telah tiada, cara kita berbakti kepadanya adalah dengan senantiasa mendoakannya, membacakan Al-Quran, bersedekah untuknya dengan memberikan makanan pada orang yang membutuhkan, dan tetap menjalin silaturahmi dengan sahabat-sahabatnya.
Firman Allah berkenaan mengucapkan “ah” pada orang tua,
“Jika salah seorang di antara kaduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’,” (Al-Isra’: 23-24).
Ada sepenggal kisah dari zaman Rasulullah SAW. Pada suatu hari, ada seorang laki-laki datang pada Rasulullah SAW. Laki-laki itu bertanya, “Siapakah orang yang paling berhak untuk saya perlakukan dengan sebaik-baiknya?” Rasulullah SAW menjawab, “Ibumu”. Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa lagi?” Rasulullah SAW menjawab, “Ibumu”. Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa lagi?” Rasulullah SAW menjawab, “Ibumu”. Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa lagi?” Rasulullah menjawab, “Ayahmu”
Kemudian adapula kisah lain. Suatu hari, seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW. Ia meminta izin kepada beliau untuk berjihad. Kemudian Rasulullah SAW bertanya, “Apakah orang tuamu masih hidup?” orang itu menjawab, “Iya, keduanya masih hidup.” Rasulullah SAW berkata, “Mintalah izin kepada keduanya, kemudian barulah engkau dapat berjihad.”
Dari Ibnu Mas’ud diriwayatkan bahwa ia berkata, “Saya pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang pekerjaan apakah yang paling Allah sukai? Rasulullah SAW menjawab, ‘Shalat pada waktunya’. Saya bertanya lagi, ‘Kemudian apa lagi?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Berbuat baik kepada kedua orang tua’. Lalu Saya bertanya lagi, ‘Kemudian apa lagi?’ Rasulullah menjawab, ‘Berjihad di jalan Allah’,”[]
Sumber: 40 Kisah Pengantar Anak Tidur/Najwa Husein Abdul Aziz/Gema Insani/Depok/2006.

Thursday 11 June 2015

tangan pasir
JIKA kita tidak menemukan air untuk berwudhu, lantas cara apa yang akan digunakan? Ya, tayamum sebagai pengganti wudhu jika tidak ada air. Tayamum dikerjakan agar untuk menyucikan diri kita dan agar kita bersyukur dengan syari’at ini. Sehingga semakin nampak kepada kita bahwa Allah sama sekali tidak ingin memberatkan hamba-Nya.
Dari Syaikh Dr. Sholeh bin Fauzan Al Fauzan hafidzahullah menyebutkan beberapa keadaan yang dapat menyebabkan seseorang bersuci dengan tayammum,
1. Jika tidak ada air baik dalam keadaan safar/dalam perjalanan ataupun tidak.
2. Terdapat air dalam jumlah terbatas, sementara ada kebutuhan lain yang juga memerlukan air tersebut, seperti untuk minum dan memasak
3. Adanya kekhawatiran jika bersuci dengan air akan membahayakan badan atau semakin lama sembuh dari sakit
4. Ketidakmapuan menggunakan air untuk berwudhu dikarenakan sakit dan tidak mampu bergerak untuk mengambil air wudhu dan tidak adanya orang yang mampu membantu untuk berwudhu bersamaan dengan kekhawatiran habisnya waktu sholat
5. Khawatir kedinginan jika bersuci dengan air dan tidak adanya yang dapat menghangatkan air tersebut.
Tata cara tayammum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dijelaskan hadits ‘Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhu,
بَعَثَنِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فِى حَاجَةٍ فَأَجْنَبْتُ ، فَلَمْ أَجِدِ الْمَاءَ ، فَتَمَرَّغْتُ فِى الصَّعِيدِ كَمَا تَمَرَّغُ الدَّابَّةُ ، فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ « إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ أَنْ تَصْنَعَ هَكَذَا » . فَضَرَبَ بِكَفِّهِ ضَرْبَةً عَلَى الأَرْضِ ثُمَّ نَفَضَهَا ، ثُمَّ مَسَحَ بِهَا ظَهْرَ كَفِّهِ بِشِمَالِهِ ، أَوْ ظَهْرَ شِمَالِهِ بِكَفِّهِ ، ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusku untuk suatu keperluan, kemudian aku mengalami junub dan aku tidak menemukan air. Maka aku berguling-guling di tanah sebagaimana layaknya hewan yang berguling-guling di tanah. Kemudian aku ceritakan hal tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah tertawa, seraya beliau mengatakan, “Sesungguhnya cukuplah engkau melakukannya seperti ini”. Kemudian beliau memukulkan telapak tangannya ke permukaan tanah sekali, lalu meniupnya. Kemudian beliau mengusap punggung telapak tangan (kanan)nya dengan tangan kirinya dan mengusap punggung telapak tangan (kiri)nya dengan tangan kanannya, lalu beliau mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
Dalam salah satu lafadz riwayat Bukhori,
وَمَسَحَ وَجْهَهُ وَكَفَّيْهِ وَاحِدَةً
“Dan beliau mengusap wajahnya dan kedua telapak tangannya dengan sekali usapan”. (Muttafaq ‘alaihi)
Berdasarkan hadits di atas, kita dapat simpulkan bahwa tata cara tayammum beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai berikut.
1. Memukulkan kedua telapak tangan ke permukaan tanah sekali kemudian meniupnya.
2. Mengusap punggung telapak tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya.
3. Kemudian menyapu wajah dengan dua telapak tangan.
4. Semua usapan dilakukan sekali.
5. Bagian tangan yang diusap hanya sampai pergelangan tangan saja
6. Tayammum dapat menghilangkan hadats besar semisal janabah, demikian juga untuk hadats kecil
7. Tidak wajibnya tertib atau berurutan ketika tayammum
Pembatal Tayammum
a. Semua pembatal wudhu juga merupakan pembatal tayammum
b. Menemukan air, jika sebab tayammumnya karena tidak ada air
c. Mampu menggunakan air, jika sebab tayammumnya karena tidak bisa menggunakan air
Catatan:
Orang yang melaksanakan shalat dengan tayammum, kemudian dia menemukan air setelah shalat maka dia tidak diwajibkan untuk berwudhu dan mengulangi shalatnya. Hal ini berdasarkan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu,
خَرَجَ رَجُلَانِ فِي سَفَرٍ ، فَحَضَرَتْ الصَّلَاةُ – وَلَيْسَ مَعَهُمَا مَاءٌ – فَتَيَمَّمَا صَعِيدًا طَيِّبًا ، فَصَلَّيَا ، ثُمَّ وَجَدَا الْمَاءَ فِي الْوَقْتِ ، فَأَعَادَ أَحَدُهُمَا الصَّلَاةَ وَالْوُضُوءَ ، وَلَمْ يُعِدْ الْآخَرُ ، ثُمَّ أَتَيَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَا ذَلِكَ لَهُ ، فَقَالَ لِلَّذِي لَمْ يُعِدْ : أَصَبْت السُّنَّةَ وَأَجْزَأَتْك صَلَاتُك وَقَالَ لِلْآخَرِ : لَك الْأَجْرُ مَرَّتَيْنِ
Ada dua orang lelaki yang bersafar. Kemudian tibalah waktu shalat, sementara tidak ada air di sekitar mereka. Kemudian keduanya bertayammum dengan permukaan tanah yang suci, lalu keduanya shalat. Setelah itu keduanya menemukan air, sementara waktu shalat masih ada. Lalu salah satu dari keduanya berwudhu dan mengulangi shalatnya, sedangkan satunya tidak mengulangi shalatnya.
Keduanya lalu menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan yang mereka alami. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada orang yang tidak mengulangi shalatnya, “Apa yang kamu lakukan telah sesuai dengan sunnah dan shalatmu sah”. Kemudian Beliau mengatakan kepada yang mengulangi shalatnya, “Untukmu dua pahala.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan al-Albani)
[Sumber: 11 dari 101 Kisah Tawa dan Senyum Nabi Muhammad SAW/Karya: Abu Islam Ahmad/Penerbit: Al-Qalam]

Monday 8 June 2015

tangan kertas menulis pena pulpen bolpoin
SEPASANG  suami istri sedang makan malam bersama di rumah. Mereka adalah pengantin yang baru menikah 2 bulan. Di tengah makan malam mereka, sang istri membuka pembicaraan.
Istri : “Suamiku sayang, bolehkah aku melakukan usul?”
Suami : “Boleh istriku sayang, silahkan!”
Istri : “AKu  ingin kita menulis kekurangan pasangan kita masing-masing di kertas kosong. Agar kita bisa saling intropeksi diri. Tapi janji, tidak ada yang boleh tersinggung. Bagaimana sayang.”
Suami : “Baik istriku, insya Allah,” sambil tersenyum manis.
Sang istri kemudian pergi mengambil 2 lembar kertas kosong dan pulpen.
Lima belas menit kemudian…
Istri : “Sayang, aku  sudah selesai menulisnya. Apakah engkau juga sudah selesai?”
Suami : “Yaa, aku juga sudah selesai!”
Istri : “Baiklah, sekarang tukar kertas kita masing-masing. Jangan ada yang dibuka dulu. Nanti dibaca secara terpisah setelah aku membereskan makan malam ini!”
Suami : “Ya, sayang!” sambil mengecup istri.
Si istri mulai membereskan makan malam dan suami lantas pergi ke kamar tidur. Beberapa saat kemudian istri mengirim SMS kepada sang suami. 
“Suamiku, sekarang aku sudah selesai. Silahkan buka kertasnya dan baca tulisannya di kamar, aku akan membacanya di dapur.”
Sang suami langsung membuka kertas dan membacanya. Setiap membaca tulisan mengenai kekurangannya, air matanya tidak bisa dibendung, mengalir di setiap sudut matanya. Karena ternyata begitu banyak kekurangan pada dirinya. Sementara itu, di dapur sang istri juga membuka kertas.
Tak lama kemudian sang istri menghampiri suami ke kamar.
Istri : “Bagaimana suamiku, engkau telah membacanya?”
Suami : “Sudah istriku, maafkan aku yang tidak bisa sempurna mendampingimu, maafkan aku,” air matanya semakin deras mengalir.
Istri : “Ya suamiku, tapi mengapa engkau tidak menulis apapun di kertas itu? Padahal aku telah menulis segala kekuranganmu.”
Suami : “Wahai istriku tercinta, tahukah engkau? Aku mencintaimu apa adanya sehingga aku melihat kekuranganmu adalah kelebihanmu dan aku tahu Allah menciptakan setiap manusia dengan berbagai kekurangannya. Untuk itu aku sebagai suamimu akan menjadi pelengkap untuk menutupi kekuranganmu, istriku. Aku mencintaimu karena Allah wahai istriku,” sambil menangis dan berbisik lirih di telinga sang istri.
Sang istri pun tak sanggup menahan tangis mendengar ucapan dari sang suami yang begitu sangat mencintainya. [berbagai sumber]
meratapi kuburan
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Terdapat beberapa hadis yang menunjukkan hal itu, berikut diantaranya,
Hadis dari Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
المَيِّتُ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ الحَيِّ عَلَيْهِ
Mayit disiksa karena tangisan orang yang hidup untuknya. (HR. Bukhari 1292 & Muslim 930).
Kemudian, hadis dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati wanita yahudi yang meninggal dan ditangisi keluarganya. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُمْ لَيَبْكُونَ عَلَيْهَا وَإِنَّهَا لَتُعَذَّبُ فِي قَبْرِهَا
Mereka menangisi wanita itu, sementara si wanita itu disiksa di kuburnya. (HR. Bukhari 1289)
Tangisan seperti apakah yang menyebabkan mayit disiksa?
Ada hadis lain yang menggunakan lafadz berbeda,
Dari Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ نِيحَ عَلَيْهِ يُعَذَّبُ بِمَا نِيحَ عَلَيْهِ
Siapa yang diratapi maka dia disiksa karena ratapan yang ditujukan kepadanya. (HR. Bukhari 1291 & Muslim 927).
Kemudian, disebutkan dalam hadis Ibnu Umar
Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beberapa sahabatnya pernah menjenguk Sa’d bin Ubadah yang ketika itu sedang dirundung kesedihan seluruh keluarganya. Melihat suasana sedih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa dia sudah meninggal?”
’Belum, ya Rasulullah.’ jawab keluarganya.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis. Para sahabatpun ikut menangis. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ تَسْمَعُونَ إِنَّ اللَّهَ لاَ يُعَذِّبُ بِدَمْعِ العَيْنِ، وَلاَ بِحُزْنِ القَلْبِ، وَلَكِنْ يُعَذِّبُ بِهَذَا – وَأَشَارَ إِلَى لِسَانِهِ – أَوْ يَرْحَمُ، وَإِنَّ المَيِّتَ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ
Tidakkah kalian mendengar, bahwa Allah tidak menyiksa disebabkan tetesan air mata atau kesedihan hati. Namun Allah menyiksa atau merahmati disebabkan ini, – beliau berisyarat ke lisannya -. Sesungguhnya mayit disiksa disebabkan tangisan keluarganya kepadanya. (HR. Bukhari 1304 & Muslim 924).
Dari dua hadis di atas, kita bisa memahami bahwa tangisan yang menyebabkan mayit disiksa adalah tangisan ratapan. Tangisan sebagai ungkapan tidak terima dan tidak ridha terhadap taqdir dan keputusan Allah. Bukan tangisan karena kesedihan semata. Karena menahan tangisan kesedihan, di luar kemampuan manusia. Sampaipun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau tidak bisa menahan bentuk tangisan itu.
Makna semacam ini, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مَيِّتٍ يَمُوتُ فَيَقُومُ بَاكِيهِ، فَيَقُولُ: وَاجَبَلَاهْ وَاسَيِّدَاهْ أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ، إِلَّا وُكِّلَ بِهِ مَلَكَانِ يَلْهَزَانِهِ: أَهَكَذَا كُنْتَ؟
Ketika ada orang yang mati, kemudian keluarga yang menangisinya itu meratapinya dengan mengatakan, ’Duhai sandaran hidupku, duhai pahlawanku…’ atau semacamnya, maka Allah menyuruh Malaikat untuk mendorong-dorong dadanya sambil ditanya, ”Apa benar kamu dulu seperti itu.” (HR. Turmudzi 1003 dan dihasankan al-Albani).
Kalimat semacam ini, ’Wahai pujaanku kenapa kau tinggalkan aku, pahlawanku, sandaran hidupku, ’ dst. merupakan ungkapan yang menunjukkan bahwa keluarganya tidak menerima taqdir Allah dengan kematiannya. Sehingga hukuman yang diberikan Allah adalah dia dipukuli Malaikat, sambil dihina dengan pertanyaan, ”Apa benar kamu seperti yang diucapkan orang itu?.”

Mengapa Mayit Ikut Disiksa?

Permasalahan berikutnya, mengapa mayit turut disiksa karena tangisan mereka yang hidup? Padahal dia tidak melakukan kesalahan apapun. Tangisan itu adalah kesalahan keluarganya yang ditinggal mati.
Kita simak keterangan an-Nawawi,
واختلف العلماء في هذه الأحاديث فتأولها الجمهور على من وصى بأن يبكى عله ويناح بعد موته فنفذت وصيته فهذا يعذب ببكاء أهله عليه ونوحهم لأنه بسبه ومنسوب إليه
Ulama berbeda pendapat tentang maksud hadis bahwa mayit disiksa karena ratapan keluarganya. Mayoritas ulama memahami bahwa hukuman itu berlaku untuk mayit yang berwasiat agar dia ditangisi  dan diratapi setelah dia meninggal. Kemudian wasiatnya dilaksanakan. Maka dia disiksa dengan tangisan dan ratapan keluarganya karena kematiannya. Karena dia menjadi penyebab adanya tangisan itu.
قالوا فأما من بكى عليه أهله وناحوا من غير وصية منه فلا يعذب لقول الله تعالى ولا تزر وازرة وزر أخرى قالوا وكان من عادة العرب الوصية بذلك
Mereka  juga mengatakan, mayit yang ditangisi keluarganya dan diratapi tanpa ada wasiat sebelumnya, maka dia tidak disiksa, berdasarkan firman Allah, (yang artinya), ”Seseorang tidak menanggung dosa yang dilakukan orang lain.”
Mereka mengatakan, bahwa bagian dari kebiasaan orang arab, mereka berwasiat agar diratapi. (Syarh Shahih Muslim, 6/228)
Allahu a’lam.

Sumber: http://www.konsultasisyariah.com/mayit-disiksa-dengan-tangisan-keluarganya/

Ayat Al'quran & Terjemah

Temukan kami


Popular Posts

pengunjung

Flag Counter