Dicintai Allah Ta’ala adalah karunia yang
amat berharga. Ada orang yang terplih menjadi kekasih-Nya, waktu yang
dijadikan-Nya mustajabah sehingga doa-doa yang terpanjatkan dikabulkan,
ada pula amalan-amalan khusus yang bisa membuat Dia mencintai siapa
pelaku amalan tersebut. Semua itu merupakan bukti bahwa Dia Maha
Pencipta dan Mahakuasa untuk melakukan apa pun yang Dikehendaki-Nya.
Amalan-amalan yang dicintai Allah Ta’ala
jumlahnya amat banyak. Biasanya, pelaku amal dan amalannya menjadi satu
paket. Misalnya, sabar menjadi salah satu amalan unggulan dengan balasan
pahala yang berlimpah. Maka dalam firman-Nya, Allah Ta’ala menyebutkan
bahwa Dia bersama dan mencintai orang yang sabar (Shobirin).
Di antara banyaknya amalan yang dicintai
Allah Ta’ala itu, ada satu riwayat yang sangat aplikatif untuk kita
upayakan. Yakni tiga amalan yang paling dicintai Allah Ta’ala. Riwayat
ini berasal dari Abdullah bin Mas’ud dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dalam kitab Shahih-nya.
Shalat Tepat Waktu
Shalat adalah tiang agama. Siapa
mendirikan shalat, maka ia mengokohkan agama. Sedangkan mereka yang
meninggalkan shalat, amalan buruknya itu tergolong merobohkan agama.
Shalat adalah sarana untuk mengingat Allah Ta’ala. Ia juga merupakan
waktu ketika seseorang bisa berkomunikasi dengan Zat yang
menciptakannya. Maka, shalat disebut sebagai Mi’rajnya orang yang
beriman.
Shalat sudah ditentukan syariatnya.
Tentang bagaimana menjalankannya, keutamaan-keutamaan, sunnah-sunnahnya,
termasuk waktu dan aturan-aturan lain yang sifatnya given sehingga tidak bisa ditawar.
Maka dalam hal ini, mendirikan shalat
tepat waktu menjadi salah satu amalan yang paling dicintai Allah Ta’ala.
Dalam amalan ini, ada banyak tafsir yang menjelaskan. Di antaranya
adalah bersegera dalam melakukan seruan Allah Ta’ala ketika waktu shalat
telah tiba.
Bersegera dalam shalat bukanlah hal yang
mudah. Sebab ada banyak urusan yang harus dikerjakan oleh seorang hamba.
Sehingga, dalam diri setiap hamba akan terjadi tarik-menarik
kepentingan antara banyak komponen itu.
Saat adzan berkumandang, misalnya, ada
yang sedang sibuk dengan dagangannya. Maka dengan mudah, ketika Allah
Ta’ala tidak menjadi prioritasnya, ia akan berkata kepada dirinya,
“Nanti saja, waktu masih panjang.”
Sama halnya dengan seorang pendidik,
murid, karyawan dan sebagainya. Padahal, andai pemahaman shalat tepat
waktu dibawa ke ranah tauhid dan ketetapan ajal, maka konsepnya sama,
“Siapa yang menjamin hidup kita sedetik lagi sehingga dengannya kita
menunda pelaksanaan shalat, padahal waktunya telah tiba dan tak ada
halangan syar’i untuk menunda?Berbakti Kepada Orang Tua
Setelah menyebut shalat tepat waktu
sebagai amalan pertama yang paling dicintai Allah Ta’ala, Abdullah bin
Mas’ud bertanya kepada Nabi, “Apalagi, ya Rasulullah?” Beliau
mengatakan, “Berbakti kepada orang tua.”
Surga adanya di telapak kaki ibu. Ridha
Allah Ta’ala, salah satu kuncinya juga terletak dalam ridha orang tua.
Siapa yang berbakti kepada orang tua, kesuksesan hidup di dunia dan
keselamatan di akhirat adalah keniscayaan baginya. Sebaliknya, andai
durhaka, maka siksa dunia dan azab neraka telah menunggu dengan nyalanya
yang teramat dahsyat.
Berbakti kepada orang tua menempati
derajat yang agung. Bahkan, perintahnya bergandengan dengan larangan
berlaku syirik kepada Allah Ta’ala. Maknanya, berbakti kepada orang tua
erat kaitannya dengan kualitas akidah seseorang. Semakin benar iman dan
taqwanya, maka ia akan semakn berbakti kepada orang tuanya.
Berbakti kepada orang tua hanya berlaku
untuk amal shaleh. Ketika orang tua memerintahkan untuk berlaku buruk,
seberapa pun kadarnya, maka seorang anak tidak wajib menuruti, harus
menolak dan/atau mengingatkan dengan cara yang baik. Bukankah Nabi
Ibrahim As tidak berbakti kepada bapaknya dalam hal berbuat syirik?
Berjihad di Jalan Allah
Jihad adalah kunci kemenangan Islam.
Inilah maqam tertinggi; tiada kemuliaan tanpa jihad. Jihad adalah
syariat dari Allah Ta’ala untuk mempertahankan ketinggian Islam. Dalam
jihad, ada banyak hal yang harus dikorbankan: waktu, usia, dana, harta
bahkan keluarga dan nyawa.
Jihad tidak terbatas pada mengangkat
senjata di medan juang. Jihad bisa dilakukan di banyak bidang. Maka ada
istilah jihad politik, jihad terhadap nafsu, jihad menghidupi keluarga,
jihad konstitusi dan puncaknya adalah mengangkat senjata tatkala agama
Allah Ta’a dinistakan.
Jihad adalah puncak amal. Ia hanya bisa
dilakukan oleh mereka yang benar imannya dan tidak mengidap penyakit
nifaq atau takut mati. Jihad adalah jalan hidup yang semestinya dipilih
oleh mereka yang mengikrarkan Islam dan iman kepada Allah Ta’ala.
Jihad dalam sebuah ayat disebutkan
sebagai perniagaan yang tak pernah merugi karena menukar diri dengan
surga yang lebih luas dari langit dan bumi. Semoga Allah Ta’ala
mematikan kita dalam keadaan berjihad. Aamiin.sumber: kisahikmah.com
0 comments:
Post a Comment