Berdoalah kepada Allah Ta’ala, niscaya
Dia akan mengabulkan pinta yang terpanjat. Allah Ta’ala Maha Mendengar.
Dia mengabulkan doa sesuai dengan kehendak-Nya, dan menangguhkan
pengabulan atau memberikan ganti terbaik atas permintaan seorang hamba
yang belum dikabulkan.
Berdoalah ketika waktu mustajabah. Di
antara adzan dan iqamah, sesaat setelah selesai shalat, dalam sujud,
saat bepergian, ketika hujan turun, di sepertiga malam, seusai membaca
al-Qur’an, di hari Jum’at, dan banyak lagi waktu lainnya.
Di sebuah sekolah di Saudi Arabia,
terdapatlah seorang guru muslimah dengan semua murid muslimahnya
mempraktikkan amalan doa mustajabah ini. Saat adzan Dhuhur berkumandang,
sang Guru menghentikan aktivitas mengajarnya. Ia berkata kepada
murid-muridnya, “Jawablah adzan sesuai dengan sunnah Nabi.”
Setelah adzan selesai, beliau kembali
menyampaikan kepada anak didiknya, “Sekarang, berdoalah. Sampaikan hajat
kalian kepada Allah Ta’ala.” Sang Guru memberi waktu kepada muridnya
untuk berdoa sepanjang dua hingga tiga menit. Saat beliau mengatakan,
“Berdoa selesai,” ada seorang murid yang masih khusyuk dengan pinta yang
dipanjatkan.
Kejadian yang berulang itu pun mendapat perhatian sang Guru. Hingga tibalah pada suatu episode di kelas itu pada hari yang lain.
Sesaat sebelum pelajaran berakhir, Guru
itu mengumpulkan semua buku muridnya. Ada tugas yang harus diperiksa.
Setelah selesai diperiksa, dipanggillah muridnya satu persatu. Hingga
tiba giliran si Murid yang terlihat khusyuk dan lama dalam setiap doa
yang dipanjatkan di kelas itu.
Sang Guru memulai, “Nak, aku melihatmu
berdoa dengan amat serius dalam waktu yang lama.” Murid shalihah itu
hanya mengangguk. Guru melanjutkan, “Apa yang kau panjatkan dalam tiap
munajatmu itu?”
Dengan polos, muslimah kecil itu
bercerita, “Saya berdoa agar dikaruniai adik perempuan, Bu,” tetapi,
lanjutnya, “Kata ibu saya, doa tersebut salah.” Sang Guru mengerutkan
dahi sejenak. Kemudian muridnya itu melanjutkan, “Menurut ibu, saya
harus berdoa meminta adik laki-laki. Karena saya seorang perempuan,”
ujarnya santai.
“Nah,” lanjut sang Murid surmringah,
“karena itu, saya berdoa meminta adik perempuan sesuai keinginan saya,”
dan, “adik laki-laki sesuai permintaan ibu.” Setelah berhenti sejenak,
ia melanjutkan, “Saya juga meminta adik laki-laki satu lagi.” Katanya
menjelaskan, “Agar adik laki-laki yang dikehendaki ibu tidak kesepian.
Karena saya pun merasa kesepian karena tidak memiliki adik perempuan.”
Mendengar penuturan muridnya, Guru itu
hanya tersenyum. Pantas saja lama, dia memanjatkan tiga permintaan
berupa tiga adik dengan bahasa anak-anak yang-tentu saja-disampaikan
dengan lugu, tanpa memikirkan keefektifan kalimat.
Setelah kejadian itu, sang Murid tetap
khusyuk dalam setiap doanya ketika di dalam kelas. Sedangkan sang Guru
sama sekali tidak mengingat-ingat perbincangan tersebut, karena hanya
menganggapnya sebagai bentuk kepolosan anak-anak.
Dua tahun berlalu, saat sang Murid duduk
di kelas tiga sekolah tingkat menengah pertama itu, ia datang
menghampiri gurunya di kelas satu dulu. Seraya berbinar sorot matanya,
ia berkata, “Bu, ada kabar gembira,” lanjutnya sebelum sempat ditanya,
“tadi pagi ibu saya melahirkan. Alhamdulillah adiknya kembar tiga. Satu
perempuan, dua laki-laki.”
Ia pun teringat perbincangan dua tahun
lalu di kelasnya. Dengan menengadah ke langit, ia hanya berucap, “Masya
Allah”, takjub akan kemahabesaran Allah Ta’ala yang mendengar doa bocah
kecil itu. Doa yang dipanjatkan di waktu mustajabah di antara adzan dan
iqamah. [Pirman]
sumber: kisahikmah.com
0 comments:
Post a Comment