Terimakasih atas kunjungan teman" di blog saya. http://info-harianku.blogspot.com/ di ciptakan hanya untuk arsip berita pribadi. apabila dalam blog terdapat kekurangan / kesalahan, mohon kiranya beri kritik dan saran. terimakasih.

Sunday, 21 December 2014


Kisah Suami Istri yang Mengharukan. “Maafkan aku istriku, aku sungguh bodoh dan tidak menyadari bahwa ternyata sebegitu dalamnya cintamu buat aku. Sehingga walau aku telah menyakitimu dan berniat menceraikanmu sekalipun, kamu masih tetap mau membawa serta diriku bersamamu dalam keadaan apapun…”. Bagaimanakah kisah selengkapnya…???
Silakan langsung kamu simak saja Kisah Inspiratif, Kisah Cinta Suami Istri Mengharukan berikut ini.
Semuanya berawal dari sebuah rumah mewah di pinggiran desa, yg mana hiduplah disana sepasang suami istri, sebut saja Pak Andre dan Bu Rina.
Pak Andre adalah anak tunggal keturunan orang terpandang di desa itu, sedangkan Bu Rina adalah anak orang biasa. Namun demikian kedua orang tua Pak Andre, sangat menyayangi menantu satu-satunya itu. Karena selain rajin, patuh dan taat beribadah, Bu Rina juga sudah tidak punya saudara dan orang tua lagi. Mereka semua menjadi salah satu korban gempa beberapa tahun yg lalu.
Pesan Sponsor
Sekilas orang memandang, mereka adalah pasangan yg sangat harmonis. Para tetangganya pun tahu bagaimana mereka dulu merintis usaha dari kecil untuk mencapai kehidupan mapan seperti sekarang ini. Sayangnya, pasangan itu belum lengkap.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun usia pernikahannya, mereka belum juga dikaruniai seorang anakpun. Akibatnya Pak Andre putus asa hingga walau masih sangat cinta, dia berniat untuk menceraikan sang istri, yg dianggabnya tidak mampu memberikan keturunan sebagai penerus generasi. Setelah melalui perdebatan sengit, dengan sangat sedih dan duka yg mendalam, akhirnya Bu Rina pun menyerah pada keputusan suaminya untuk tetap bercerai.
Sambil menahan perasaan yg tidak menentu, suami istri itupun menyampaikan rencana perceraian tersebut kepada orang tuanya. Orang tuanya pun menentang keras, sangat tidak setuju, tapi tampaknya keputusan Pak Andre sudah bulat. Dia tetap akan menceraikan Bu Rina.
Setelah berdebat cukup lama dan alot, akhirnya dengan berat hati kedua orang tua itu menyetujui perceraian tersebut dengan satu syarat, yaitu agar perceraian itu juga diselenggarakan dalam sebuah pesta yg sama besar seperti besarnya pesta saat mereka menikah dulu.
Karena tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, maka persyaratan itu pun disetujui.
Beberapa hari kemudian, pesta diselenggarakan. Saya berani sumpah bahwa itu adalah sebuah pesta yg sangat tidak membahagiakan bagi siapapun yg hadir. Pak Andre nampak tertekan, stres dan terus menenggak minuman beralkohol sampai mabuk dan sempoyongan. Sementara Bu Rina tampak terus melamun dan sesekali mengusap air mata nelangsa di pipinya.
Di sela mabuknya itu tiba-tiba Pak Andre berdiri tegap dan berkata lantang,
“Istriku, saat kamu pergi nanti… ambil saja dan bawalah serta semua barang berharga atau apapun itu yg kamu suka dan kamu sayangi selama ini..!”
Setelah berkata demikian, tak lama kemudian ia semakin mabuk dan akhirnya tak sadarkan diri.
Keesokan harinya, seusai pesta, Pak Andre terbangun dengan kepala yg masih berdenyut-denyut berat. Dia merasa asing dengan keadaan disekelilingnya, tak banyak yg dikenalnya kecuali satu. Rina istrinya, yg masih sangat ia cintai, sosok yg selama bertahun-tahun ini menemani hidupnya.
Maka, dia pun lalu bertanya,
“Ada dimakah aku..? Sepertinya ini bukan kamar kita..? Apakah aku masih mabuk dan bermimpi..? Tolong jelaskan…”
Bu Rina pun lalu menatap suaminya penuh cinta, dan dengan mata berkaca dia menjawab,
“Suamiku… ini dirumah peninggalan orang tuaku, dan mereka itu para tetangga. Kemaren kamu bilang di depan semua orang bahwa aku boleh membawa apa saja yg aku mau dan aku sayangi. Dan perlu kamu tahu, di dunia ini tidak ada satu barangpun yg berharga dan aku cintai dengan sepenuh hati kecuali kamu. Karena itulah kamu sekarang kubawa serta kemanapun aku pergi. Ingat, kamu sudah berjanji dalam pesta itu..!”
Dengan perasaan terkejut setelah tertegun sejenak dan sesaat tersadar, Pak Andre pun lalu bangun dan kemudian memeluk istrinya erat dan cukup lama sambil terdiam. Bu Rina pun hanya bisa pasrah tanpa mampu membalas pelukannya. Ia biarkan kedua tangannya tetap lemas, lurus sejajar dengan tubuh kurusnya.
“Maafkan aku istriku, aku sungguh bodoh dan tidak menyadari bahwa ternyata sebegitu dalamnya cintamu buat aku. Sehingga walau aku telah menyakitimu dan berniat menceraikanmu sekalipun, kamu masih tetap mau membawa serta diriku bersamamu dalam keadaan apapun…”
Kedua suami istri itupun akhirnya ikhlas berpelukan dan saling bertangisan melampiaskan penyesalannya masing-masing. Mereka akhirnya mengikat janji (lagi) berdua untuk tetap saling mencintai hingga ajal memisahkannya.
Yup… till death do apart..! Subhanallah…#.#.#

Kesimpulan Cerita Kisah Suami Istri yang Mengharukan
Tujuan utama dari sebuah pernikahan itu bukan hanya untuk menghasilkan keturunan, meski diakui mendapatkan buah hati itu adalah dambaan setiap pasangan suami istri, tapi sebenarnya masih banyak hal-hal lain yg juga perlu diselami dalam hidup berumah-tangga.
Untuk itu rasanya kita perlu menyegarkan kembali tujuan kita dalam menikah yaitu peneguhan janji sepasang suami istri untuk saling mencintai, saling menjaga baik dalam keadaan suka maupun duka. Melalui kesadaran tersebut, apapun kondisi rumah tangga yg kita jalani akan menemukan suatu solusi. Sebab proses menemukan solusi dengan berlandaskan kasih sayang ketika menghadapi sebuah masalah, sebenarnya merupakan salah satu kunci keharmonisan rumah tangga kita.
“Harta dalam rumah tangga itu bukanlah terletak dari banyaknya tumpukan materi yg dimiliki, namun dari rasa kasih sayang dan cinta pasangan suami istri yg terdapat dalam keluarga tersebut. Maka jagalah harta keluarga yg sangat berharga itu..!”

Monday, 8 December 2014


Cukuplah yang kao lihat
Sebagai pengingat.
Agar engkao pandai mensyukuri nikmat..
Seseorang tak kan bisa merubah masa lalunya.
Tapi....seseorang bisa memperbaiki masa depanAnya.

Bersyukurlah atas nikmat yang allah berikan untuk kita,,,,  
Video ini akan menggetarkan hati dan jiwa kita semua, bagaimana seorang yang mempunyai keterbatasan bisa selalu tersenyum dan semangat menjalani hidup, karena keyakinan akan masa depan nya. 

mari kita liat bersama Video inspirasi ini,,,,




Saturday, 6 December 2014


ilustrasi Tobat @ibrahimradio
ilustrasi Shalat @ibrahimradio
Dicintai Allah Ta’ala adalah karunia yang amat berharga. Ada orang yang terplih menjadi kekasih-Nya, waktu yang dijadikan-Nya mustajabah sehingga doa-doa yang terpanjatkan dikabulkan, ada pula amalan-amalan khusus yang bisa membuat Dia mencintai siapa pelaku amalan tersebut. Semua itu merupakan bukti bahwa Dia Maha Pencipta dan Mahakuasa untuk melakukan apa pun yang Dikehendaki-Nya.
Amalan-amalan yang dicintai Allah Ta’ala jumlahnya amat banyak. Biasanya, pelaku amal dan amalannya menjadi satu paket. Misalnya, sabar menjadi salah satu amalan unggulan dengan balasan pahala yang berlimpah. Maka dalam firman-Nya, Allah Ta’ala menyebutkan bahwa Dia bersama dan mencintai orang yang sabar (Shobirin).
Di antara banyaknya amalan yang dicintai Allah Ta’ala itu, ada satu riwayat yang sangat aplikatif untuk kita upayakan. Yakni tiga amalan yang paling dicintai Allah Ta’ala. Riwayat ini berasal dari Abdullah bin Mas’ud dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya.

Shalat Tepat Waktu

Shalat adalah tiang agama. Siapa mendirikan shalat, maka ia mengokohkan agama. Sedangkan mereka yang meninggalkan shalat, amalan buruknya itu tergolong merobohkan agama. Shalat adalah sarana untuk mengingat Allah Ta’ala. Ia juga merupakan waktu ketika seseorang bisa berkomunikasi dengan Zat yang menciptakannya. Maka, shalat disebut sebagai Mi’rajnya orang yang beriman.
Shalat sudah ditentukan syariatnya. Tentang bagaimana menjalankannya, keutamaan-keutamaan, sunnah-sunnahnya, termasuk waktu dan aturan-aturan lain yang sifatnya given sehingga tidak bisa ditawar.
Maka dalam hal ini, mendirikan shalat tepat waktu menjadi salah satu amalan yang paling dicintai Allah Ta’ala. Dalam amalan ini, ada banyak tafsir yang menjelaskan. Di antaranya adalah bersegera dalam melakukan seruan Allah Ta’ala ketika waktu shalat telah tiba.
Bersegera dalam shalat bukanlah hal yang mudah. Sebab ada banyak urusan yang harus dikerjakan oleh seorang hamba. Sehingga, dalam diri setiap hamba akan terjadi tarik-menarik kepentingan antara banyak komponen itu.
Saat adzan berkumandang, misalnya, ada yang sedang sibuk dengan dagangannya. Maka dengan mudah, ketika Allah Ta’ala tidak menjadi prioritasnya, ia akan berkata kepada dirinya, “Nanti saja, waktu masih panjang.”
Sama halnya dengan seorang pendidik, murid, karyawan dan sebagainya. Padahal, andai pemahaman shalat tepat waktu dibawa ke ranah tauhid dan ketetapan ajal, maka konsepnya sama, “Siapa yang menjamin hidup kita sedetik lagi sehingga dengannya kita menunda pelaksanaan shalat, padahal waktunya telah tiba dan tak ada halangan syar’i untuk menunda?

ilustrasi @networkedblogs
ilustrasi @networkedblogs

Berbakti Kepada Orang Tua

Setelah menyebut shalat tepat waktu sebagai amalan pertama yang paling dicintai Allah Ta’ala, Abdullah bin Mas’ud bertanya kepada Nabi, “Apalagi, ya Rasulullah?” Beliau mengatakan, “Berbakti kepada orang tua.”
Surga adanya di telapak kaki ibu. Ridha Allah Ta’ala, salah satu kuncinya juga terletak dalam ridha orang tua. Siapa yang berbakti kepada orang tua, kesuksesan hidup di dunia dan keselamatan di akhirat adalah keniscayaan baginya. Sebaliknya, andai durhaka, maka siksa dunia dan azab neraka telah menunggu dengan nyalanya yang teramat dahsyat.
Berbakti kepada orang tua menempati derajat yang agung. Bahkan, perintahnya bergandengan dengan larangan berlaku syirik kepada Allah Ta’ala. Maknanya, berbakti kepada orang tua erat kaitannya dengan kualitas akidah seseorang. Semakin benar iman dan taqwanya, maka ia akan semakn berbakti kepada orang tuanya.
Berbakti kepada orang tua hanya berlaku untuk amal shaleh. Ketika orang tua memerintahkan untuk berlaku buruk, seberapa pun kadarnya, maka seorang anak tidak wajib menuruti, harus menolak dan/atau mengingatkan dengan cara yang baik. Bukankah Nabi Ibrahim As tidak berbakti kepada bapaknya dalam hal berbuat syirik?

Berjihad di Jalan Allah

Jihad adalah kunci kemenangan Islam. Inilah maqam tertinggi; tiada kemuliaan tanpa jihad. Jihad adalah syariat dari Allah Ta’ala untuk mempertahankan ketinggian Islam. Dalam jihad, ada banyak hal yang harus dikorbankan: waktu, usia, dana, harta bahkan keluarga dan nyawa.
Jihad tidak terbatas pada mengangkat senjata di medan juang. Jihad bisa dilakukan di banyak bidang. Maka ada istilah jihad politik, jihad terhadap nafsu, jihad menghidupi keluarga, jihad konstitusi dan puncaknya adalah mengangkat senjata tatkala agama Allah Ta’a dinistakan.
Jihad adalah puncak amal. Ia hanya bisa dilakukan oleh mereka yang benar imannya dan tidak mengidap penyakit nifaq atau takut mati. Jihad adalah jalan hidup yang semestinya dipilih oleh mereka yang mengikrarkan Islam dan iman kepada Allah Ta’ala.
Jihad dalam sebuah ayat disebutkan sebagai perniagaan yang tak pernah merugi karena menukar diri dengan surga yang lebih luas dari langit dan bumi. Semoga Allah Ta’ala mematikan kita dalam keadaan berjihad. Aamiin.

sumber: kisahikmah.com

Thursday, 4 December 2014


ilustrasi @muhammad-khudhori
ilustrasi @muhammad-khudhori
Berdoalah kepada Allah Ta’ala, niscaya Dia akan mengabulkan pinta yang terpanjat. Allah Ta’ala Maha Mendengar. Dia mengabulkan doa sesuai dengan kehendak-Nya, dan menangguhkan pengabulan atau memberikan ganti terbaik atas permintaan seorang hamba yang belum dikabulkan.
Berdoalah ketika waktu mustajabah. Di antara adzan dan iqamah, sesaat setelah selesai shalat, dalam sujud, saat bepergian, ketika hujan turun, di sepertiga malam, seusai membaca al-Qur’an, di hari Jum’at, dan banyak lagi waktu lainnya.
Di sebuah sekolah di Saudi Arabia, terdapatlah seorang guru muslimah dengan semua murid muslimahnya mempraktikkan amalan doa mustajabah ini. Saat adzan Dhuhur berkumandang, sang Guru menghentikan aktivitas mengajarnya. Ia berkata kepada murid-muridnya, “Jawablah adzan sesuai dengan sunnah Nabi.”
Setelah adzan selesai, beliau kembali menyampaikan kepada anak didiknya, “Sekarang, berdoalah. Sampaikan hajat kalian kepada Allah Ta’ala.” Sang Guru memberi waktu kepada muridnya untuk berdoa sepanjang dua hingga tiga menit. Saat beliau mengatakan, “Berdoa selesai,” ada seorang murid yang masih khusyuk dengan pinta yang dipanjatkan.
Kejadian yang berulang itu pun mendapat perhatian sang Guru. Hingga tibalah pada suatu episode di kelas itu pada hari yang lain.
Sesaat sebelum pelajaran berakhir, Guru itu mengumpulkan semua buku muridnya. Ada tugas yang harus diperiksa. Setelah selesai diperiksa, dipanggillah muridnya satu persatu. Hingga tiba giliran si Murid yang terlihat khusyuk dan lama dalam setiap doa yang dipanjatkan di kelas itu.
Sang Guru memulai, “Nak, aku melihatmu berdoa dengan amat serius dalam waktu yang lama.” Murid shalihah itu hanya mengangguk. Guru melanjutkan, “Apa yang kau panjatkan dalam tiap munajatmu itu?”
Dengan polos, muslimah kecil itu bercerita, “Saya berdoa agar dikaruniai adik perempuan, Bu,” tetapi, lanjutnya, “Kata ibu saya, doa tersebut salah.” Sang Guru mengerutkan dahi sejenak. Kemudian muridnya itu melanjutkan, “Menurut ibu, saya harus berdoa meminta adik laki-laki. Karena saya seorang perempuan,” ujarnya santai.
“Nah,” lanjut sang Murid surmringah, “karena itu, saya berdoa meminta adik perempuan sesuai keinginan saya,” dan, “adik laki-laki sesuai permintaan ibu.” Setelah berhenti sejenak, ia melanjutkan, “Saya juga meminta adik laki-laki satu lagi.” Katanya menjelaskan, “Agar adik laki-laki yang dikehendaki ibu tidak kesepian. Karena saya pun merasa kesepian karena tidak memiliki adik perempuan.”
Mendengar penuturan muridnya, Guru itu hanya tersenyum. Pantas saja lama, dia memanjatkan tiga permintaan berupa tiga adik dengan bahasa anak-anak yang-tentu saja-disampaikan dengan lugu, tanpa memikirkan keefektifan kalimat.
Setelah kejadian itu, sang Murid tetap khusyuk dalam setiap doanya ketika di dalam kelas. Sedangkan sang Guru sama sekali tidak mengingat-ingat perbincangan tersebut, karena hanya menganggapnya sebagai bentuk kepolosan anak-anak.
Dua tahun berlalu, saat sang Murid duduk di kelas tiga sekolah tingkat menengah pertama itu, ia datang menghampiri gurunya di kelas satu dulu. Seraya berbinar sorot matanya, ia berkata, “Bu, ada kabar gembira,” lanjutnya sebelum sempat ditanya, “tadi pagi ibu saya melahirkan. Alhamdulillah adiknya kembar tiga. Satu perempuan, dua laki-laki.”
Ia pun teringat perbincangan dua tahun lalu di kelasnya. Dengan menengadah ke langit, ia hanya berucap, “Masya Allah”, takjub akan kemahabesaran Allah Ta’ala yang mendengar doa bocah kecil itu. Doa yang dipanjatkan di waktu mustajabah di antara adzan dan iqamah. [Pirman] 


sumber: kisahikmah.com

ilustrasi @melekinternet
ilustrasi @melekinternet
Betapa bahagianya kita yang telah mengecap nikmat hidayah Islam. Islam adalah kemuliaan dan keselamatan. Islam yang diiringi dengan iman dan ihsan, maka pemeluknya berjamin surga. Allah Ta’ala telah menyediakan surga yang akan diwariskan kepada orang-orang yang berserah diri kepada-Nya dalam seluruh aspek kehidupan.
Allah Ta’ala menyukai orang Islam yang senantiasa menyebut nama-nama-Nya yang baik. Apalagi jika disertai dengan perenungan, instal ke dalam dirinya, dan menjadikannya sebagai ruh dalam melakukan proyek-proyek kebaikan untuk umat. Dia juga menyediakan ganjaran spesifk untuk kata atau kalimat pujian khusus yang dialamatkan kepada-Nya.
Saat itu, Abu Hurairah sedang sibuk dengan aktivitasnya. Nabi yang lewat dan melihat sahabatnya melakukan sebuah aktivitas itu bertanya, “Wahai Abu Hurairah, apa yang engkau tanam?” Mendapat pertanyaan dari orang yang paling dicintainya itu, Abu Hurairah menjawab santun, “Sebuah tanaman milikku, ya Rasulullah.”
Sembari mengamati pekerjaan sahabatnya itu, Nabi Saw pun menawarkan sesuatu melalui sebuah pertanyaan, “Maukah aku tunjukkan kepadamu suatu tanaman yang jauh lebih baik bagimu dari apa yang kau tanam?” Mendapat tawaran nan menggiurkan dari Sang Nabi, Abu Hurairah menjawab antusias, “Tentu saja, wahai Rasulullah.”
“Ucapkanlah,” sabda manusia junjungan itu, “Subhanallahi walhamdulillahi wa laa ilaha illallahu wallahu akbar (Mahasuci Allah, dan segala puji bagi Allah, dan tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah, dan Allah Mahabesar)”
Tutup beliau mengkahiri sabdanya yang diriwayatkan Imam Ibnu Majah dan Imam al-Hakim, “Setiap bacaan kalimat ini akan menumbuhkan satu pohon untukmu di surga.”
Inilah satu kalimat sederhana yang diganjari satu tanaman di surga. Inilah kalimat tasbih yang di dalamnya terdapat pujian, tauhid dan membesar-besarkan nama Allah Ta’ala yang Mahabesar. Inilah kalimat yang jika diucapkan, maka pengucapnya akan dilimpahi ketenangan bathin dan kejernihan pikir serta kesehatan badan.
Kalimat dzikir inilah yang membedakan antara orang beriman dan kafir. Siapa yang berdzikir diibaratkan sebagai orang yang hidup, sementara ia yang kering dan tidak pernah mengingat nama Allah Ta’ala disamakan dengan orang yang mati.
Mari isi hari dan tiap jenak kehidupan kita dengan senantiasa membaca Subhanallahi walhamdulillahi wa laa ilaha illallahu wallahu akbar dengan penuh penghayatan akan Kemahabesaran Allah Ta’ala. [Pirman] 


sumber: kisahikmah.com

Wednesday, 3 December 2014

ilustrasi menikah maka keajaiban © alvin photography
ilustrasi © alvin photography
Hujan deras mengguyur bumi Surabaya saat pasangan suami istri itu sampai di jalan tol. “Dulu kita pernah mau ke toko buku seperti ini akhirnya kembali pulang karena hujan ya Dik,” kata sang suami sambil menyetir.
“Iya Mas. Bukan hanya sekali, tapi beberapa kali,” sahut istrinya sambil tertawa mengenang peristiwa itu.
Waktu awal-awal menikah, mereka memang hanya punya sebuah motor ‘butut’. Itu pun hadiah dari orang tua. Jika lupa membawa jas hujan, mereka berteduh di tepi jalan saat hujan lebat menghadang. Bahkan sekalipun membawa jas hujan, jika perjalanan yang ditempuh cukup jauh, mereka bisa terhalang dan membatalkan rencana bepergian.
Ketika menikah, ikhwan tersebut hanya bergaji Rp 650 ribu. Seperti kebanyakan aktifis dakwah saat itu, mereka tidak terlalu berpikir tentang bagaimana bisa hidup layak setelah menikah. Mereka pun makan seadanya. Tempe, tahu; yang penting bisa makan. Dalam setahun, lebih dari tiga kali listrik rumah kontrakan mereka diputus sementara oleh PLN karena telat membayar.
Seiring bertambahnya usia pernikahan mereka, Allah Subhanahu wa Ta’ala menambah rezeki mereka. Karir sang suami meningkat cepat. Prosentase gajinya naik melebihi teman-temannya yang lebih lama bekerja di sana. Lalu di tahun keempat, ia pindah kerja dengan penghasilan yang lebih tinggi. Kemudian Allah memberinya kemudahan merintis bisnis.
Kini, pasangan suami istri itu telah memiliki rumah sendiri. Dua rumah; satu atas namanya, dan satu lagi atas nama istrinya. Allah juga memberi mereka kendaraan dan melipatgandakan penghasilan mereka puluhan kali lipat. Hingga suatu saat, ikhwan tersebut berkata kepada salah seorang personil bendahara harakah di daerahnya: “Sekarang berapa infak tertinggi ikhwah kita, dan saya masuk peringkat berapa? Saya ingin berinfak paling besar diantara seluruh ikhwah kita, semoga Allah mengabulkannya”
وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur : 32)
Sungguh benar janji Allah: Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Jika mereka miskin, Allah yang akan membuat mereka jadi kaya.
Sebagai seorang mufassir yang sangat memahami Al Qur’an, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu memberikan nasehat berlandaskan janji Allah ini: “Carilah kecukupan dalam nikah.” Jika engkau ingin cukup, ingin kaya, maka menikahlah.
Ketika menafsirkan ayat di atas, Ibnu Katsir menceritakan kisah seorang laki-laki yang tidak memiliki apa-apa selain sehelai sarung yang dikenakannya. Ketika menikah, ia tidak memiliki barang apapun yang bisa digunakannya sebagai mahar. Bahkan cincin besi pun tak bisa ia dapatkan. Lalu oleh Rasulullah ia disuruh memberikan mahar berupa mengajari istrinya ayat-ayat Al Qur’an yang telah dihafalnya. Qadarullah, setelah menikah ia dapat mencukupi nafkah untuk keluarganya.
Rasulullah mempertegas janji Allah terhadap orang yang menikah ini dalam sabdanya:
ثَلَاثَةٌ كُلُّهُمْ حَقٌّ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ عَوْنُهُ الْمُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالنَّاكِحُ الَّذِي يُرِيدُ الْعَفَافَ وَالْمُكَاتَبُ الَّذِي يُرِيدُ الْأَدَاءَ
“Ada tiga orang yang berhak mendapatkan pertolongan Allah Azza wa Jalla, yaitu orang yang berjihad di jalan Allah, orang yang menikah karena menghendaki kesucian, dan budak mukatab yang bertekad melunasi kebebasannya” (HR. An Nasa’i)
Pasangan suami istri di awal tulisan ini telah merasakan pertolongan Allah tersebut. Jika sebelum menikah mereka menerima pemberian dari orang tua. Kini dengan izin Allah, gantian mereka yang memberi kepada orang tua.
Jadi, adakah yang masih takut menikah karena alasan ekonomi? Semoga tidak lagi. Sebab, Allah-lah Sang Maha Pemberi rezeki. 

sumber: Keluargacinta.com

Monday, 1 December 2014


ilustrasi  @donnemanagerdinapoli
ilustrasi @donnemanagerdinapoli
Surga adalah impian setiap orang yang beriman. Surga adalah tempat istirahat terindah bagi siapa yang bertaqwa; menjalankan perintah Allah Ta’ala dan menjauhi semua larangan-Nya. Surga adalah capaian tertinggi seorang hamba yang beriman kepada Rasulullah dan rukun iman yang lainnya. Surga akan diwariskan kepada siapa yang dikehendaki Allah Ta’ala.
Inilah sosok yang amat mulia imannya. Kulitnya memang hitam, awalnya seorang budak Habsyi. Parasnya memang tak menarik bagi wanita yang memandangnya. Namun, ketika hatinya disinari cahaya iman, kemudian dengan gagah mendeklarasikan keislamannya, pesonanya senantiasa terpancar hingga akhir zaman.
Bilal. Itulah muadzin kesayangan sang Nabi. Sosok yang sering disebut dalam sabda manusia mulia itu, “Bilal, rehatkanlah kami dengan shalat.” Ialah mantan budak Umayah bin Khalaf yang dipanggang di atas gundukan pasir gurun, di bawah sengatan mentari dengan timpaan batu besar seraya ditekan, dicambuk dan aneka jenis siksa dunia lainnya.
Namun, imannya telah menancap, mengakar dalam ke lubuk sanubari. Dengan siksaan yang amat berat itu, gumamnya tanpa henti atau ragu, “Ahad, ahad, ahad.” Maknanya, ia hanya mengesakan Allah Ta’ala. Allahlah satu-satunya Tuhan yang ia sembah.
Oleh Abu Bakar ash-Shiddiq, Bilal dimerdekakan. Selepasnya, bebaslah ia untuk berislam, mengikuti ajaran Rasulullah yang mulia.
Bilal, siapa yang mengira bahwa sosok mantan budak ini akan mendapatkan kemuliaan di sisi manusia paling mulia? Bahkan, oleh sang Nabi, Bilal digaransi masuk surga.
Pagi itu selepas shalat Subuh berjama’ah, Rasulullah bertanya kepada Bilal, “Katakanlah kepadaku,” lanjut Rasulullah Saw, “apa amalanmu yang paling besar pahalanya yang kamu kerjakan dalam Islam?”
Duhai, bukankah Rasulullah lebih mengerti amalan mana yang terbesar pahalanya? Namun, mengapa beliau melontarkan kalimat tanya ini kepada salah satu sahabatnya ini? Pasalnya, lanjut Rasulullah Saw sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, “Tadi malam, aku mendengar suara sandalmu di dalam surga.”
Masya Allah, Allahu Akbar. Betapa mulianya Rasulullah Saw yang telah membina Bilal dalam naungan Islam. Betapa baiknya Abu Bakar yang telah memerdekakan Bilal. Bilal yang legam kulitnya itu, langkah sandalnya sudah terdengar di surga. Padahal ketika itu, beliau masih hidup di sisi Rasulullah Saw.
Kemudian, dengan menunduk hormat, Bilal menuturkan, “Saya bersuci dengan sempurna pada siang dan malam hari.” Lanjutnya, “Setelah bersuci saya shalat selain shalat yang telah diwajibkan oleh Allah Ta’ala kepada saya.”
Itulah rahasianya. Itulah amalan unggulan Bilal bin Rabah. Beliau digaransi surga, salah satunya lantaran selalu menjaga wudhu dan tak luput mengerjakan shalat sunnah setelah berwudhu, baik di siang maupun malam hari.



sumber: kisahikmah.com

Ayat Al'quran & Terjemah

Temukan kami


Popular Posts

pengunjung

Flag Counter