Terimakasih atas kunjungan teman" di blog saya. http://info-harianku.blogspot.com/ di ciptakan hanya untuk arsip berita pribadi. apabila dalam blog terdapat kekurangan / kesalahan, mohon kiranya beri kritik dan saran. terimakasih.

Tuesday, 18 August 2015

Waktu-waktu yang Mustajab Untuk Berdoa
Doa merupakan salah satu kekuatan besar umat muslim. Ketika tangan dan lisan sudah tidak dapat lagi mencegah hal yang buruk dan mengajak pada kebaikan, maka doa adalah upaya pungkasannya. Doa yang tulus ikhlas ibarat tetesan air yang terus menerus mengenai batu yang keras hingga membuat batu itu berlubang.
Agar doa-doa kita terkabul, ada baiknya kita berdoa pada waktu-waktu yang mustajab. Kapankah itu? Berikut uraiannya.
1

Ketika sahur atau sepertiga malam terakhir

Doa mustajab yaitu saat sahur (sepertiga malam terakhir)
Ketika waktu sahur (akhir-akhir malam), mereka berdoa memohon ampunan” (QS. Adz Dzariyat: 18)
Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman: ‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan, orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan Kuampuni‘” (HR. Bukhari no.1145, Muslim no. 758)
2

Saat berbuka puasa

Berbuka puasa dengan kurma dan air putih
Orang yang berpuasa memiliki 2 kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka puasa dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-Nya kelak” (HR. Muslim, no.1151)
Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil dan doanya orang yang terzhalimi” (HR. Tirmidzi no.2528, Ibnu Majah no.1752, Ibnu Hibban no.2405, dishahihkan Al Albani diShahih At Tirmidzi)
3

Saat malam lailatul qadar

Lembaran ayat suci Al-Quran Surat Al-Qadr
Malam Lailatul Qadr lebih baik dari 1000 bulan” (QS. Al Qadr: 3)
“Aku bertanya kepada Rasulullah: Wahai Rasulullah, menurutmu apa yang sebaiknya aku ucapkan jika aku menemukan malam Lailatul Qadar? Beliau bersabda: Berdoalah, ‘Ya Allah, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dan menyukai sifat pemaaf, maka ampunilah aku‘”(HR. Tirmidzi, 3513, Ibnu Majah, 3119, At Tirmidzi berkata: “Hasan Shahih”)
4

Saat adzan berkumandang

Muadzin mengumandangkan adzan
Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369, berkata: “Hasan Shahih”)
5

Saat di antara adzan dan iqamah

Speaker masjid saat senja
Doa di antara adzan dan iqamah tidak tertolak” (HR. Tirmidzi, 212, ia berkata: “Hasan Shahih”)
6

Saat sedang sujud dalam salat

Sujud dalam jamaah salat wajib
Seorang hamba berada paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia sedang bersujud. Maka perbanyaklah berdoa ketika itu” (HR. Muslim, no.482)
7

Saat sebelum salam pada salat wajib

Duduk terakhir dalam salat wajib
Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, kapan doa kita didengar oleh Allah? Beliau bersabda: “Di akhir malam dan di akhir shalat wajib” (HR. Tirmidzi, 3499)
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Zaadul Ma’ad (1/305) menjelaskan bahwa yang dimaksud ‘akhir shalat wajib’ adalah sebelum salam.
8

Saat hari Jumat

Sunnah hari Jumat
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menyebutkan tentang hari Jumat kemudian beliau bersabda: ‘Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta’. Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut” (HR. Bukhari 935, Muslim 852 dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu’anhu)
9

Saat hujan turun

Hujan turun
Doa tidak tertolak pada 2 waktu, yaitu ketika adzan berkumandang dan ketika hujan turun” (HR Al Hakim, 2534, dishahihkan Al Albani di Shahih Al Jami’, 3078)
10

Hari Rabu antara Dhuhur dan Ashar

Hari Rabu (Wednesday)
vk.com
Nabi shallallahu ‘alahi Wasallam berdoa di Masjid Al Fath 3 kali, yaitu hari Senin, Selasa dan Rabu. Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu diantara dua shalat. Ini diketahui dari kegembiraan di wajah beliau. Berkata Jabir : ‘Tidaklah suatu perkara penting yang berat pada saya kecuali saya memilih waktu ini untuk berdoa, dan saya mendapati dikabulkannya doa saya
11

Hari Arafah

9 Dzulhijjah adalah hari arafah
Doa yang terbaik adalah doa ketika hari Arafah” (HR. At Tirmidzi, 3585. Di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi)
Hari Arafah adalah hari ketika para jama’ah haji melakukan wukuf di Arafah, yaitu tanggal 9 Dzulhijjah.
12

Saat perang berkecamuk

Ilustrasi perang Badar
Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369, berkata: “Hasan Shahih”)

13

Saat minum air zam-zam

Persediaan air zam-zam di Makkah
Khasiat Air Zam-zam itu sesuai niat peminumnya” (HR. Ibnu Majah, 2/1018. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah, 2502)
Sumber: satujam.com

Friday, 14 August 2015

Jumat 28 Syawal 1436 / 14 Agustus 2015 03:30



lelaki selotip mulut bungkam bohong

ISLAM adalah agama yang sempurna. Islam telah mengatur segala aspek kehidupan manusia dengan sangat baik. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Bahkan setiap aktivitas yang kita lakukan terdapat doa yang dicontohkan oleh Rasulullah. Tapi tahukah Anda bahwa seseorang dilarang berbicara ketika buang air besar?
Secara mutlak seseorang dilarang berbicara ketika buang air besar. Tidak boleh menjawab salam dan adzan, kecuali apa yang mengandung suatu keharusan untuk dilakukan, seperti misalnya menunjukan orang buta (dengan menegurnya) yang dikhawatirkan akan terpleset ke dalam parit.


Jika bersin, hendaklah ia mengucapkan pujian kepada Allah di dalam hati tanpa harus diucapkan. Hal ini didasarkan pada hadits dari Ibnu Umar,
“Ada seseorang yang melewati Nabi yang pada saat itu beliau sedang buang air kecil, lalu orang tersebut mengucapkan salam kepada beliau tetapi beliau tidak menjawabnya.” (HR. Jamaah)
Demikian juga hadits dari Abu Sa’id di mana ia mengatakan,
“Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Janganlah dua orang pergi untuk buangn air besar dengan aurat terbuka sembari berbincang-bincang. Sesungguhnya Allah memurkai orang yang berbuat demikian itu.” (HR. Ahmad)
Kedua hadits di atas secara lahiriyah melarang berbicara pada saat buang air besar. Namun ijma’ dari para ulama mengalihkan dari hukum yang dianggap haram menjadi hanya sampai pada derajat makruh saja.

Sumber : Fiqih Wanita Edisi Lengkap/zSyaikh Kamil Muhammad Uwaidah/Pustaka Al-Kautsar

Sunday, 14 June 2015

ibu anak lelaki laki laki
ALLAH SWT berfirman pada QS. Al-Ahqaaf: 15’ “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya.”
Berbakti kepada orang tua merupakan suatu kewajiban setiap anak. Kebahagiaan di dunia dan di akhirat akan diperolehnya jika berbakti pada orang tua. Ridha Allah SWT pun terletak pada ridha orang tua. Selain berbakti, kita juga mempunyai kewajiban lain terhadap orang tua, yakni mendengarkan perkatannya, nasihatnya, memberikan nafkah kepadanya apabila mereka telah tua dan kita sebagai anak dalam keadaan berkecukupan, mendoakannya, mengunjunginya, dan berbuat baik dalam perkataan maupun perbuatan. Sedangkan apabila mereka telah tiada, cara kita berbakti kepadanya adalah dengan senantiasa mendoakannya, membacakan Al-Quran, bersedekah untuknya dengan memberikan makanan pada orang yang membutuhkan, dan tetap menjalin silaturahmi dengan sahabat-sahabatnya.
Firman Allah berkenaan mengucapkan “ah” pada orang tua,
“Jika salah seorang di antara kaduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’,” (Al-Isra’: 23-24).
Ada sepenggal kisah dari zaman Rasulullah SAW. Pada suatu hari, ada seorang laki-laki datang pada Rasulullah SAW. Laki-laki itu bertanya, “Siapakah orang yang paling berhak untuk saya perlakukan dengan sebaik-baiknya?” Rasulullah SAW menjawab, “Ibumu”. Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa lagi?” Rasulullah SAW menjawab, “Ibumu”. Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa lagi?” Rasulullah SAW menjawab, “Ibumu”. Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa lagi?” Rasulullah menjawab, “Ayahmu”
Kemudian adapula kisah lain. Suatu hari, seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW. Ia meminta izin kepada beliau untuk berjihad. Kemudian Rasulullah SAW bertanya, “Apakah orang tuamu masih hidup?” orang itu menjawab, “Iya, keduanya masih hidup.” Rasulullah SAW berkata, “Mintalah izin kepada keduanya, kemudian barulah engkau dapat berjihad.”
Dari Ibnu Mas’ud diriwayatkan bahwa ia berkata, “Saya pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang pekerjaan apakah yang paling Allah sukai? Rasulullah SAW menjawab, ‘Shalat pada waktunya’. Saya bertanya lagi, ‘Kemudian apa lagi?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Berbuat baik kepada kedua orang tua’. Lalu Saya bertanya lagi, ‘Kemudian apa lagi?’ Rasulullah menjawab, ‘Berjihad di jalan Allah’,”[]
Sumber: 40 Kisah Pengantar Anak Tidur/Najwa Husein Abdul Aziz/Gema Insani/Depok/2006.

Thursday, 11 June 2015

tangan pasir
JIKA kita tidak menemukan air untuk berwudhu, lantas cara apa yang akan digunakan? Ya, tayamum sebagai pengganti wudhu jika tidak ada air. Tayamum dikerjakan agar untuk menyucikan diri kita dan agar kita bersyukur dengan syari’at ini. Sehingga semakin nampak kepada kita bahwa Allah sama sekali tidak ingin memberatkan hamba-Nya.
Dari Syaikh Dr. Sholeh bin Fauzan Al Fauzan hafidzahullah menyebutkan beberapa keadaan yang dapat menyebabkan seseorang bersuci dengan tayammum,
1. Jika tidak ada air baik dalam keadaan safar/dalam perjalanan ataupun tidak.
2. Terdapat air dalam jumlah terbatas, sementara ada kebutuhan lain yang juga memerlukan air tersebut, seperti untuk minum dan memasak
3. Adanya kekhawatiran jika bersuci dengan air akan membahayakan badan atau semakin lama sembuh dari sakit
4. Ketidakmapuan menggunakan air untuk berwudhu dikarenakan sakit dan tidak mampu bergerak untuk mengambil air wudhu dan tidak adanya orang yang mampu membantu untuk berwudhu bersamaan dengan kekhawatiran habisnya waktu sholat
5. Khawatir kedinginan jika bersuci dengan air dan tidak adanya yang dapat menghangatkan air tersebut.
Tata cara tayammum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dijelaskan hadits ‘Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhu,
بَعَثَنِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فِى حَاجَةٍ فَأَجْنَبْتُ ، فَلَمْ أَجِدِ الْمَاءَ ، فَتَمَرَّغْتُ فِى الصَّعِيدِ كَمَا تَمَرَّغُ الدَّابَّةُ ، فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ « إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ أَنْ تَصْنَعَ هَكَذَا » . فَضَرَبَ بِكَفِّهِ ضَرْبَةً عَلَى الأَرْضِ ثُمَّ نَفَضَهَا ، ثُمَّ مَسَحَ بِهَا ظَهْرَ كَفِّهِ بِشِمَالِهِ ، أَوْ ظَهْرَ شِمَالِهِ بِكَفِّهِ ، ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusku untuk suatu keperluan, kemudian aku mengalami junub dan aku tidak menemukan air. Maka aku berguling-guling di tanah sebagaimana layaknya hewan yang berguling-guling di tanah. Kemudian aku ceritakan hal tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah tertawa, seraya beliau mengatakan, “Sesungguhnya cukuplah engkau melakukannya seperti ini”. Kemudian beliau memukulkan telapak tangannya ke permukaan tanah sekali, lalu meniupnya. Kemudian beliau mengusap punggung telapak tangan (kanan)nya dengan tangan kirinya dan mengusap punggung telapak tangan (kiri)nya dengan tangan kanannya, lalu beliau mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
Dalam salah satu lafadz riwayat Bukhori,
وَمَسَحَ وَجْهَهُ وَكَفَّيْهِ وَاحِدَةً
“Dan beliau mengusap wajahnya dan kedua telapak tangannya dengan sekali usapan”. (Muttafaq ‘alaihi)
Berdasarkan hadits di atas, kita dapat simpulkan bahwa tata cara tayammum beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai berikut.
1. Memukulkan kedua telapak tangan ke permukaan tanah sekali kemudian meniupnya.
2. Mengusap punggung telapak tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya.
3. Kemudian menyapu wajah dengan dua telapak tangan.
4. Semua usapan dilakukan sekali.
5. Bagian tangan yang diusap hanya sampai pergelangan tangan saja
6. Tayammum dapat menghilangkan hadats besar semisal janabah, demikian juga untuk hadats kecil
7. Tidak wajibnya tertib atau berurutan ketika tayammum
Pembatal Tayammum
a. Semua pembatal wudhu juga merupakan pembatal tayammum
b. Menemukan air, jika sebab tayammumnya karena tidak ada air
c. Mampu menggunakan air, jika sebab tayammumnya karena tidak bisa menggunakan air
Catatan:
Orang yang melaksanakan shalat dengan tayammum, kemudian dia menemukan air setelah shalat maka dia tidak diwajibkan untuk berwudhu dan mengulangi shalatnya. Hal ini berdasarkan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu,
خَرَجَ رَجُلَانِ فِي سَفَرٍ ، فَحَضَرَتْ الصَّلَاةُ – وَلَيْسَ مَعَهُمَا مَاءٌ – فَتَيَمَّمَا صَعِيدًا طَيِّبًا ، فَصَلَّيَا ، ثُمَّ وَجَدَا الْمَاءَ فِي الْوَقْتِ ، فَأَعَادَ أَحَدُهُمَا الصَّلَاةَ وَالْوُضُوءَ ، وَلَمْ يُعِدْ الْآخَرُ ، ثُمَّ أَتَيَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَا ذَلِكَ لَهُ ، فَقَالَ لِلَّذِي لَمْ يُعِدْ : أَصَبْت السُّنَّةَ وَأَجْزَأَتْك صَلَاتُك وَقَالَ لِلْآخَرِ : لَك الْأَجْرُ مَرَّتَيْنِ
Ada dua orang lelaki yang bersafar. Kemudian tibalah waktu shalat, sementara tidak ada air di sekitar mereka. Kemudian keduanya bertayammum dengan permukaan tanah yang suci, lalu keduanya shalat. Setelah itu keduanya menemukan air, sementara waktu shalat masih ada. Lalu salah satu dari keduanya berwudhu dan mengulangi shalatnya, sedangkan satunya tidak mengulangi shalatnya.
Keduanya lalu menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan yang mereka alami. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada orang yang tidak mengulangi shalatnya, “Apa yang kamu lakukan telah sesuai dengan sunnah dan shalatmu sah”. Kemudian Beliau mengatakan kepada yang mengulangi shalatnya, “Untukmu dua pahala.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan al-Albani)
[Sumber: 11 dari 101 Kisah Tawa dan Senyum Nabi Muhammad SAW/Karya: Abu Islam Ahmad/Penerbit: Al-Qalam]

Monday, 8 June 2015

tangan kertas menulis pena pulpen bolpoin
SEPASANG  suami istri sedang makan malam bersama di rumah. Mereka adalah pengantin yang baru menikah 2 bulan. Di tengah makan malam mereka, sang istri membuka pembicaraan.
Istri : “Suamiku sayang, bolehkah aku melakukan usul?”
Suami : “Boleh istriku sayang, silahkan!”
Istri : “AKu  ingin kita menulis kekurangan pasangan kita masing-masing di kertas kosong. Agar kita bisa saling intropeksi diri. Tapi janji, tidak ada yang boleh tersinggung. Bagaimana sayang.”
Suami : “Baik istriku, insya Allah,” sambil tersenyum manis.
Sang istri kemudian pergi mengambil 2 lembar kertas kosong dan pulpen.
Lima belas menit kemudian…
Istri : “Sayang, aku  sudah selesai menulisnya. Apakah engkau juga sudah selesai?”
Suami : “Yaa, aku juga sudah selesai!”
Istri : “Baiklah, sekarang tukar kertas kita masing-masing. Jangan ada yang dibuka dulu. Nanti dibaca secara terpisah setelah aku membereskan makan malam ini!”
Suami : “Ya, sayang!” sambil mengecup istri.
Si istri mulai membereskan makan malam dan suami lantas pergi ke kamar tidur. Beberapa saat kemudian istri mengirim SMS kepada sang suami. 
“Suamiku, sekarang aku sudah selesai. Silahkan buka kertasnya dan baca tulisannya di kamar, aku akan membacanya di dapur.”
Sang suami langsung membuka kertas dan membacanya. Setiap membaca tulisan mengenai kekurangannya, air matanya tidak bisa dibendung, mengalir di setiap sudut matanya. Karena ternyata begitu banyak kekurangan pada dirinya. Sementara itu, di dapur sang istri juga membuka kertas.
Tak lama kemudian sang istri menghampiri suami ke kamar.
Istri : “Bagaimana suamiku, engkau telah membacanya?”
Suami : “Sudah istriku, maafkan aku yang tidak bisa sempurna mendampingimu, maafkan aku,” air matanya semakin deras mengalir.
Istri : “Ya suamiku, tapi mengapa engkau tidak menulis apapun di kertas itu? Padahal aku telah menulis segala kekuranganmu.”
Suami : “Wahai istriku tercinta, tahukah engkau? Aku mencintaimu apa adanya sehingga aku melihat kekuranganmu adalah kelebihanmu dan aku tahu Allah menciptakan setiap manusia dengan berbagai kekurangannya. Untuk itu aku sebagai suamimu akan menjadi pelengkap untuk menutupi kekuranganmu, istriku. Aku mencintaimu karena Allah wahai istriku,” sambil menangis dan berbisik lirih di telinga sang istri.
Sang istri pun tak sanggup menahan tangis mendengar ucapan dari sang suami yang begitu sangat mencintainya. [berbagai sumber]
meratapi kuburan
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Terdapat beberapa hadis yang menunjukkan hal itu, berikut diantaranya,
Hadis dari Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
المَيِّتُ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ الحَيِّ عَلَيْهِ
Mayit disiksa karena tangisan orang yang hidup untuknya. (HR. Bukhari 1292 & Muslim 930).
Kemudian, hadis dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati wanita yahudi yang meninggal dan ditangisi keluarganya. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُمْ لَيَبْكُونَ عَلَيْهَا وَإِنَّهَا لَتُعَذَّبُ فِي قَبْرِهَا
Mereka menangisi wanita itu, sementara si wanita itu disiksa di kuburnya. (HR. Bukhari 1289)
Tangisan seperti apakah yang menyebabkan mayit disiksa?
Ada hadis lain yang menggunakan lafadz berbeda,
Dari Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ نِيحَ عَلَيْهِ يُعَذَّبُ بِمَا نِيحَ عَلَيْهِ
Siapa yang diratapi maka dia disiksa karena ratapan yang ditujukan kepadanya. (HR. Bukhari 1291 & Muslim 927).
Kemudian, disebutkan dalam hadis Ibnu Umar
Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beberapa sahabatnya pernah menjenguk Sa’d bin Ubadah yang ketika itu sedang dirundung kesedihan seluruh keluarganya. Melihat suasana sedih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa dia sudah meninggal?”
’Belum, ya Rasulullah.’ jawab keluarganya.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis. Para sahabatpun ikut menangis. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ تَسْمَعُونَ إِنَّ اللَّهَ لاَ يُعَذِّبُ بِدَمْعِ العَيْنِ، وَلاَ بِحُزْنِ القَلْبِ، وَلَكِنْ يُعَذِّبُ بِهَذَا – وَأَشَارَ إِلَى لِسَانِهِ – أَوْ يَرْحَمُ، وَإِنَّ المَيِّتَ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ
Tidakkah kalian mendengar, bahwa Allah tidak menyiksa disebabkan tetesan air mata atau kesedihan hati. Namun Allah menyiksa atau merahmati disebabkan ini, – beliau berisyarat ke lisannya -. Sesungguhnya mayit disiksa disebabkan tangisan keluarganya kepadanya. (HR. Bukhari 1304 & Muslim 924).
Dari dua hadis di atas, kita bisa memahami bahwa tangisan yang menyebabkan mayit disiksa adalah tangisan ratapan. Tangisan sebagai ungkapan tidak terima dan tidak ridha terhadap taqdir dan keputusan Allah. Bukan tangisan karena kesedihan semata. Karena menahan tangisan kesedihan, di luar kemampuan manusia. Sampaipun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau tidak bisa menahan bentuk tangisan itu.
Makna semacam ini, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مَيِّتٍ يَمُوتُ فَيَقُومُ بَاكِيهِ، فَيَقُولُ: وَاجَبَلَاهْ وَاسَيِّدَاهْ أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ، إِلَّا وُكِّلَ بِهِ مَلَكَانِ يَلْهَزَانِهِ: أَهَكَذَا كُنْتَ؟
Ketika ada orang yang mati, kemudian keluarga yang menangisinya itu meratapinya dengan mengatakan, ’Duhai sandaran hidupku, duhai pahlawanku…’ atau semacamnya, maka Allah menyuruh Malaikat untuk mendorong-dorong dadanya sambil ditanya, ”Apa benar kamu dulu seperti itu.” (HR. Turmudzi 1003 dan dihasankan al-Albani).
Kalimat semacam ini, ’Wahai pujaanku kenapa kau tinggalkan aku, pahlawanku, sandaran hidupku, ’ dst. merupakan ungkapan yang menunjukkan bahwa keluarganya tidak menerima taqdir Allah dengan kematiannya. Sehingga hukuman yang diberikan Allah adalah dia dipukuli Malaikat, sambil dihina dengan pertanyaan, ”Apa benar kamu seperti yang diucapkan orang itu?.”

Mengapa Mayit Ikut Disiksa?

Permasalahan berikutnya, mengapa mayit turut disiksa karena tangisan mereka yang hidup? Padahal dia tidak melakukan kesalahan apapun. Tangisan itu adalah kesalahan keluarganya yang ditinggal mati.
Kita simak keterangan an-Nawawi,
واختلف العلماء في هذه الأحاديث فتأولها الجمهور على من وصى بأن يبكى عله ويناح بعد موته فنفذت وصيته فهذا يعذب ببكاء أهله عليه ونوحهم لأنه بسبه ومنسوب إليه
Ulama berbeda pendapat tentang maksud hadis bahwa mayit disiksa karena ratapan keluarganya. Mayoritas ulama memahami bahwa hukuman itu berlaku untuk mayit yang berwasiat agar dia ditangisi  dan diratapi setelah dia meninggal. Kemudian wasiatnya dilaksanakan. Maka dia disiksa dengan tangisan dan ratapan keluarganya karena kematiannya. Karena dia menjadi penyebab adanya tangisan itu.
قالوا فأما من بكى عليه أهله وناحوا من غير وصية منه فلا يعذب لقول الله تعالى ولا تزر وازرة وزر أخرى قالوا وكان من عادة العرب الوصية بذلك
Mereka  juga mengatakan, mayit yang ditangisi keluarganya dan diratapi tanpa ada wasiat sebelumnya, maka dia tidak disiksa, berdasarkan firman Allah, (yang artinya), ”Seseorang tidak menanggung dosa yang dilakukan orang lain.”
Mereka mengatakan, bahwa bagian dari kebiasaan orang arab, mereka berwasiat agar diratapi. (Syarh Shahih Muslim, 6/228)
Allahu a’lam.

Sumber: http://www.konsultasisyariah.com/mayit-disiksa-dengan-tangisan-keluarganya/

Wednesday, 3 June 2015


 shalat sujud

ALLAH Ta’ala berfirman,
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ (سورة البقرة: )
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 34)
Ada beberapa doa dan bacaan yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika sujud. Sikap yang tepat adalah mengamalkannya secara bergantian. Misalnya pada saat shalat subuh kita membaca doa sujud 1, ketika shalat dzuhur membaca doa sujud 2, dan seterusnya. Sehingga semua sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kita amalkan dan ajaran beliau menjadi lestari.
Berikut beberapa doa sujud yang sesuai sunah:
Pertama,
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى
Subhaana rabbiyal a’laa (3 kali)
Beliau pernah membaca doa ini berulang-ulang ketika sujud shalat malam, sehingga sujud beliau hampir sama lamanya dengan berdiri beliau.
Kedua,
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ
Subhaana rabbiyal a’laa wa bihamdih (3 kali)
Ketiga,
سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ، رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ
Subbuuhun qudduusun rabbul malaaikati war ruuh
Yang dimaksud ruuh dalam doa ini adalah Malaikat Jibril
Keempat,
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
Subhaa-nakallahumma rabbanaa wa biham-dika allaahum-maghfil-lii
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak membaca doa ini dalam rukuk dan sujudnya, setelah turun surat An-Nashr. Beliau lakukan demikian, dalam rangka mengamalkan perintah di akhir surat An-Nashr. (HR. Bukhari)
Kelima,
اللهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي كُلَّهُ دِقَّهُ، وَجُلَّهُ، وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ وَعَلَانِيَتَهُ وَسِرَّه
Allahummagh-fir-lii dzan-bii kullahuu, diqqahuu, wa jullahuu, wa awwa-lahuu, wa aa-khirahuu, wa ‘alaa-niya-tahuu wa sirrahuu
Keenam,
اللهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَلَكَ أَسْلَمْتُ، سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ، وَصَوَّرَهُ، وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ، تَبَارَكَ اللهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
Allahumma laka sajad-tu, wa bika aamantu, wa laka aslam-tu. Sajada wajhii lilladzii khala-qahuu, wa shawwa-rahuu, wa syaqqa sam’ahuu wa basharahuu, tabaarakallahu ahsanul khaaliqiin.
Ketujuh,
سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوتِ وَالْمَلَكُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ
Subhaana dzil jabaruut, wal malakuut, walkibriyaa, wal ‘adzamah
Doa sujud ini pernah beliau baca ketika shalat malam. Beliau mengulang-ulang lama sekali. Karena ketika berdiri, beliau membaca surat Al-Baqarah.
Ada juga beberapa doa sujud yang khusus dibaca ketika shalat malam. Berikut diantaranya,
Pertama,
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
Subhaanaka allahumma wa bihamdika laa ilaaha illa anta
Kedua,
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ
Allahummagh-firlii maa asrar-tu wa maa a’lantu
Ketiga,
اللهُمَّ أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
allahumma innii a-‘uudzu bi ridhaa-ka min sakhatik, wa bi mu’aafatika min ‘uquubatik, wa a-‘uudzu bika min-ka, laa uh-shii tsa-naa-an ‘alaika anta, kamaa ats-naita ‘alaa nafsik
Berdasarkan keterangan A’isyah, doa ini dibaca Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau sujud pada saat shalat malam. []
Sumber:
1. http://islamqa.info/id/159360
2. www.carashalat.com

Monday, 1 June 2015


Punya Balita yang mulai aktif sungguh sesuatu yang sangat diharapkan oleh orang tua manapun. Melihatnya lincah dan tertawa gembira adalah momen-momen yang selalu ditunggu setiap orang tua. 
Namun, apabila dia mulai terserang penyakit, maka disitulah orang tua akan merasa panik. Apalagi bila si Balita terserang penyakit batuk berdahak dan pilek. Banyak orang tua yang kebingungan mengatasinya. Mengeluarkan dahak pada Balita bukanlah perkara mudah. Balita tentu saja belum bisa mengeluarkan dahaknya sendiri, walaupun kita berusaha mengajarkannya.
Berikut ini ada cara yang mampu mengeluarkan dahak Balita, seperti dilansir dari Sukan Star TV oleh Azura Hishamudin

1.  Tuang beberapa tetes minyak kayu putih ke dalam baskom bersih, lalu tuangkan air panas mendidih ke dalam baskom berisi minyak tadi (gambar 1).
Untuk perbandingan antara air panas yang dituangkan dengan minyak kayu putih dapat Anda kira-kira sendiri. Usahakan air panas yang ditambahkan tidak terlalu banyak, sehingga aroma kayu putih dapat keluar.
2.  Uapkan wajah anak Anda dalam keadaan tengkurap (gambar 2)
Hal ini bertujuan agar Balita Anda dapat menghirup uap dari minyak kayu putih yang kita tambahkan air panas. CATATAN PENTING : JAGA TANGAN ANAK ANDA! JANGAN SAMPAI DIA MERAIH ATAU MASUK DALAM AIR PANAS ..

3.  Tepuk-Tepuk punggung Sisi Kiri dan Kanan Balita Anda, guna Teknik Cupping(gambar 3)
Jangan tepuk di tengah-tengah punggung Balita Anda. Kenapa kiri dan kanan punggung saja tidak menepuk di tengah punggung? Karena bila kita tepuk kiri dan kanan punggung anak, kita menepuk area paru-paru anak .. dan di tengah punggung itu tulang rusuk syaraf pusat. Tepuk secukupnya jangan terlalu keras.

Saat inilah anak Anda akan meronta-ronta minta dilepaskan. Dia akan menjerit atau menangis. Saat seperti ini memang terkadang membuat Anda selaku orang tua tidak tega. Tapi ini cara yang aman alami dan untuk kesehatan buah hati kita.

4.  Setelah 5 – 10menit, akan keluar lendir dahak dari hidung si kecil (gambar 4)
Lendir dahak akan keluar sampai berbalon-balon dari hidung Baita Anda. Itulah hasil dahak yang dikeluarkan dari hidung. Setelah itu bersihkan dengan tisu dahak yang keluar tersebut. Kemudian oleskan minyak kayu putih dan bawang putih di tapak kaki serta punggung Balita Anda. Setelah itu pernapasannya pun akan mulai sedikit lega dan tersenyum serta akan nyenyak tertidur

Demikian Cara Alami yang Mampu Mengeluarkan Dahak Balita Anda. Selamat mencoba ...

Sunday, 31 May 2015


Adab melipat atau menggulung pakaian (lengan baju) dan mengikat atau menahan rambut tidak boleh dalam salat?
Menurut ulama perbuatan ini adalah terlarang berdasarkan hadits Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhu, dia berkata:
أُمِرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ وَلَا يَكُفَّ ثَوْبَهُ وَلَا شَعَرَهُ
“Nabi صلى الله عليه وسلم diperintahkan untuk sujud di atas tujuh tulang (dahi, dua telapak tangan, dua lutut, dan dua kaki) dan untuk tidak menahan pakaian dan rambutnya.” [HR Al Bukhari (815) dan Muslim (490)]
Menurut hadits yang musnad, juga dari Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةٍ لَا أَكُفُّ شَعَرًا وَلَا ثَوْبًا
“Saya diperintahkan untuk sujud di atas tujuh (anggota tubuh) dan tidak menahan pakaian dan rambut.” [HR Al Bukhari (816) dan Muslim (490)]
Menahan pakaian di dalam hadits di atas maknanya adalah menggulung atau melipat pakaian, dalam hal ini yang dimaksud adalah lengan baju.
Sedangkan yang dimaksud dengan menahan rambut adalah mengikatnya.
Disebutkan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah ta’ala di dalam Fathul Bari (2/296) bahwa hikmah dari larangan ini adalah jika seseorang menghalangi lengan baju dan rambutnya untuk menyentuh lantai pada saat sujud maka ini seperti sifatnya orang yang angkuh.

Sedangkan Al Hafiz Ibnu Rajab di dalam Fathul Bari (6/53) menambahkan alasan lain bahwa larangan ini diberlakukan karena perbuatan ini membuat shalat tidak khusyuk dan karena rambut dan pakaian juga ikut sujud bersama pemiliknya, berdasarkan riwayat dari beberapa sahabat Nabi صلى الله عليه وسلم .
Selain itu, disebutkan pula bahwa ikatan rambut pada saat shalat menjadi tempat duduk bagi syaithan.
Diriwayatkan oleh Abu Daud di dalam Sunan-nya nomor 646 dengan sanad yang hasan, bahwa Abu Rafi’ radhiallahu ‘anhu melewati Al Hasan bin Ali yang sedang shalat dan dia mengikat jalinan rambutnya ke tengkuknya.
Lantas Abu rafi’ melepaskan ikatan itu sehingga membuat Al Hasan marah. Kemudian Abu Rafi’ menjelaskan:
اقبل على صلاتك ولا تغضب، فإني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: ذلك كفل الشيطان
“Lanjutkanlah shalatmu dan jangan engkau marah. Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata: “(Tempat ikatan rambut ) itu adalah tempat duduk syaithan.”
Pengingkaran terhadap hal ini juga diriwayatkan dari Umar ibnul Khaththab, Utsman bin Affan, Hudzaifah ibnul Yaman, Anas bin Malik radhiallahu ‘anhum.
Ulama berselisih mengenai larangan di dalam hadits di atas dalam hal apakah larangan di atas bersifat makruh ataukah haram.
Jumhur ulama mengatakan bahwa hukumnya adalah makruh.

Mereka juga berselisih apakah larangan di dalam hadits di atas berlaku di dalam shalat saja ataukah berlaku sejak sebelum shalat.
Malik, Ad Daudi, dan Ibnu Jarir mendukung pendapat pertama, dan ini juga merupakan zhahir dari pendapat Imam Al Bukhari.
Sedangkan jumhur ulama mendukung pendapat kedua, di antaranya adalah Umar ibnul Khaththab, Utsman bin Affan, Ibnu Mas’ud, Hudzaifah, Ibnu Abbas, Abu Rafi’, Al Auza’i, Al Laits bin Sa’d, Abu Hanifah, Asy Syafi’i, Ahmad, Al Qadhi ‘Iyadh, dan lain-lain.
Akan tetapi, ulama bersepakat bahwa barangsiapa yang melakukan hal ini di dalam shalatnya maka salatnya tidaklah batal sehingga tidak perlu diulangi kembali.
Ijma’ dinukilkan oleh Ibnu Jarir Ath Thabari sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Rajab di Fathu.

Friday, 29 May 2015

Riya' merupakan sebuah sifat yang sangat dibenci oleh Allah. Riya' adalah pamer dengan apa yang telah ia lakukan dengan tujuan untuk mendapatkan pujian dari orang-orang disekitarnya.

Sifat riya' ini secara tidak sadar sering hinggap di dalam tubuh kita. Rasa ingin dipuji oleh orang lain adalah salah satu contoh riya. Riya' adalah penyakit hati yang harus dihindari agar terhindar dari dosa.


Riya', Sifat yang Menghapus Pahala

Karena, riya' bisa menyerang siapa saja bahkan seorang ahli ibadah sekalipun. Jadi jangan selalu beranggapan bahwa orang yang rajin sholat itu akan terhindar dari siksaan. Karena serajin apapun seseorang beribadah, namun jika didalam hatinya ada rasa ingin dipuji (riya') maka percuma saja amal ibadahnya. Malah Allah akan memasukkannya kedalam golongan orang-orang yang celaka.

Barangkali diantara kita banyak yang mengabaikan tentang masalah riya' ini, mungkin karena keterbatasan ilmu agama yang dimiliki, atau memang sengaja mencari pujian orang lain dalam beribadah, padahal riya' itu dianggap sebagai syirik kecil.

Rasulullah bersabda,

"Berjalan (dengan bersifat) riya' itu termasuk syirik." [HR. Al Hakim]

Allah SWT menjelaskan bahwa sifat riya' itu juga dapat menghapus pahala yang telah ia dapatkan. Hal ini diterangkan dalam Alquran sebagai berikut:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." [QS. Al-Baqarah ayat 264]

Dalam ayat diatas, Allah memperingatkan kita bahwa riya' itu merupakan salah satu sebab terhapusnya pahala yang kita dapatkan. Oleh karena itu, jauhilah sifat riya' tersebut.

Dan jangan menganggap bahwa semua perbuatan baik itu semua akan diterima oleh Allah, karena apabila didalam hatinya terdapat benih-benih riya' maka Allah akan menolaknya. Dan jangan menganggap bahwa orang yang mati terbunuh di medan perang itu akan masuk surga, karena jika ada riya' didalam hatinya maka sia-sia saja semua itu.

Sehingga jelas bahwa segala amal ibadah apapun apabila dalam mengerjakannya tidak ikhlas karena Allah, apalagi dengan tujuan riya' maka segala amalnya itu akan sia-sia dan pahala yang diterimanya akan terhapus.

Rasulullah SAW bersabda,

"Berlindunglah kamu kepada Allah Azza wa Jalla dari telaga kesedihan.", para sahabat bertanya, "Apa maksudnya wahai Rasulullah?", beliau menjawab, "Yaitu lembah di neraka yang disediakan bagi orang-orag yang membaca Alquran tetapi hatinya riya'." [HR. At-Turmudzi]

Jadi semakin jelas bukan? bahwa tidak mesti perbuatan baik itu akan diterima Allah SWT, karena semua itu tergantung niatnya. Karena jika kita beramal atau beribadah namun niatnya hanya untuk riya' maka semua itu hanya sia-sia belaka, dan kita akan termasuk dalam golongan orang yang menyesal di akhirat.

Karena, sepercik riya' dapat menghapus semua amal perbuatan, dan orang yang beribadah sekalipun bisa celaka apabila di dalam hatinya terdapat perasaan riya' dan segala pahalanya akan dihapus. Untuk itu, sebaiknya kita lebih berhati-hati agar terhindar dari sifat riya' tersebut. Semoga bermanfaat.

Thursday, 28 May 2015

Tahukah anda bahwa kematian selalu mengintai kita. Tidak ada yang bisa lari ketika malaikat Izrail sang pencabut nyawa datang menjemput. Ternyata malaikat maut tidak hanya datang saat nyawa manusia akan dicabut, namun mencapai hingga  70 kali dalam sehari. Itu artinya Izrail menziarahi manusia setiap 21 menit sekali.

Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan  kepada Abdullah Ibnu Abbas Radhiallahu anhu. Dalam sabdanya, Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa Izrail datang dan memperhatikan wajah-wajah manusia yang sedang tertawa-tawa.

Maka berkatalah Izrail:”Alangkah herannya aku melihat orang ini, sedangkan aku diutus oleh Allah ta’ala untuk mencabut nyawanya, tetapi dia masih bersenang-senang bergelak tawa”.

Manusia secar fitrah memang tidak bisa melihat malaikat yang gaib ini, kecuali orang-orang shalih yang senantiasa ingat akan kematian. Golongan ini tidak lalai dan selalu sadar terhadap kehadiran malaikat maut, karena  mereka selalu memperhatikan hadist-hadist Rasulullah SAW yang jelas menjelaskan mengenai perkara-perkara ghaib, terutama perihal kematian dan hubungannya dengan malaikat maut.

Malaikat Izrail diciptakan Allah SWT dengan wajah empat satu wajah di muka, satu wajah di kepala, satu dipunggung dan satu lagi di telapak kakinya. Malaikat Izrail diberikan kemampuan luar biasa oleh Allah SWT sehingga dari ufu barat hingga timur bisa dijangkaunya dengan mudah. Izrail memiliki 4.000 sayap dan 70.000 kaki, salah satu kakinya di langit ketujuh dan satu lagi di jembatan yang memisahkan Surga dan Neraka.

Di dalam suatu riwayat di ceritakan bagaimana cara kerja Izrail mengtahui kapan manusia sudah tiba ajalnya : "Allah SWT telah menciptakan sebuah pohon di bawah Arsy yakni sidratul muntaha, dimana daunnya itu sama banyaknya dengan bilangan makhluk yang Allah ciptakan. Jika seseorang itu telah diputuskan ajalnya, maka umurnya hanya tinggal 40 hari dari hari yang diputuskan.

Daun tersebut kemudian jatuh kepada Izrail, dengan begitu Malaikat Izrail mengetahui bahwa tugasnya mencabut nyawa orang yang tertulis pada daun tersebut. Para malaikat menyebutnya sebagai mayat di langit, meskipun hidup manusia tersebut masih 40 hari lagi. Setelah itu, akan jatuh dua titisan dari bawah Arsy pada daun menuliskan mayit langit ini, satu titisan berupa warna hijau dan satu lagi berupa warna putih.

Jika titisan yang berwarna hijau,maka alamatnya celakalah dia dalam menempuh ajal, dan kalau titisan putih jatuh pada daun orang yang nama ditulis pada daun itu, maka pertanda, berbahagialah orang itu saat ajal datang menjemputnya.

Untuk mengetahui tempat mati, maka Allah menjadikan malaikat Arham. Apabila Allah mencipta sesuatu kelahiran, Dia perintahkan malaikat Arham tersebut masuk ke dalam sperma yang berada dalam rahim ibu dengan debu bumi yang akan diketahui di mana ia akan mati, lalu keluarlah seorang hamba itu menuju ke mana saja di pelosok bumi ini. Kemudian pada saat kematian tiba, iapun akan kembali pada tempat pengembalian dari pada debu di mana di situlah ia akan menemui ajalnya."

Sebagaima firman Allah subhanallahu wa ta'ala :
Allah subhanallah berfirman : "Katakanlah, sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu, akan keluar juga ke tempat mereka terbunuh...” (Ali Imran : 154).

Subhanalla...begitu tertib tata cara kerja Allah SWT yang mungkin tidak akan bisa diterima oleh nalar manusia. Wallahualam bishawab. Semoga kita termasuk golongan orang yg selalu mengingat kematian dan ketika malaikat maut menjenguk kita untuk terakhir kalinya, kita berada dalam keadaan khusnul khatimah(baik di penghabisan).

Allah akan memerintahkan malaikat Israfil untuk meniup ‘Shur’ (terompet sangkakala) sebanyak tiga kali tiupan bila waktu
kehancuran dunia dan alam semesta (kiamat) telah tiba.
Penjelasan tentang 3 tiupan itu adalah sebagai berikut:
1).Tiupan Pertama, Tiupan Guncangan
Hal pertama yang mengetuk pendengaran
penduduk dunia setelah datangnya tanda-
tanda Kiamat kubro adalah nafkhatul faza’ (tiupan kekagetan) yang mengalir dari tiupan sangkakala. Tidak seorang pun
mendengarnya kecuali mengangkat lehernya
untuk mendengar perkara besar ini. Inilah makna firman-Nya Taala, “Apabila ditiup sangkakala, maka waktu itu adalah waktu
(datangnya) hari yang sulit, bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah.” (QS. Al-Muddatstsir: 8-10).
Allah berfirman:
“Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang dilangit dan di bumi, kecuali siapa-siapa dikehendaki Allah.
Dan mereka semua akan datang menghadapnya dengan merendahkan diri.”
(An Naml: 87)
Tiupan yang pertama ini adalah panjang dan menyebabkan keguncangan dan kepanikan semua yang berada di langit dan di bumi, kecuali orang-orang yang dikehendaki oleh
Allah, yaitu para Nabi dan para syahid. Tiupan
ini akan menggetarkan dan membuat panik semua yang hidup, sedangkan para Rasul dan Syahid adalah hidup disisi Tuhan mereka, maka Tuhanpun melindungi mereka dari
guncangan tiupan ini.
Tiupan ini akan mengguncangkan bumi
seguncang-guncangnya, mendatarkan gunung
dengan bumi selumat-lumatnya, meletuskan
gunung-gunung dengan sangat sehingga menjadi debu yang bertebaran, membuat laut-laut saling beradu dan mengeluarkan api yang menyala, langit akan pecah secara luar biasa dan hilanglah hukum grafitasi yang biasa kita
kenal, bintang-bintang berjatuhan, planet-
planet saling bertubrukan, bersatulah matahari dengan bulan dan hilanglah cahaya benda tersebut, setelah itu keadaan alam
semesta kembali seperti sebelum Allah menciptakannya yaitu hanya berupa kabut dan
gas (asap).
Allah berfirman:
”Hai manusia, bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya guncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang amat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu
melihat keguncangan ini; lalai lah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusukannya dan gugurlah semua kandungan seluruh wanita yang hamil, dan kamu lihat
manusia dalam keadaan mabuk, padahal mereka semua tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah itu sangat kerasnya.” (Al Hajj: 1-2)
2). Tiupan Kedua, Tiupan Kejutan (Pingsan) dan
Kematian
Malaikat Israfil akan diperintahkan oleh Allah
untuk meniupkan ‘Shur’ (terompet sangkakala)
sebanyak tiga kali tiupan bila kiamat telah tiba. Setelah tiupan pertama, Allah memerintahakan ‘Shur’ pada kali yang kedua.
Pada tiupan kedua ini, maka terkejutlah (pingsan) dan matilah semua makhluk yang berada di langit dan di bumi (termasuk para nabi dan syahid) kecuali mereka-mereka yang dikehendaki oleh Allah, yaitu: Jibril, Mikail, Israfil, Izrail dan empat malaikat pembawa Arsy. Malaikat para pembawa ‘Arsy adalah
berjumlah empat malaikat, maka apabila telah berdiri hari kiamat bergabunglah mereka kepada empat malaikat yang lain.
Allah berfirman:
“Dan ditiuplah sangkakala maka matilah siapa yang ada di langit dan di bumi kecuali siapa-siapa yang dikehendaki oleh Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (keputusannya masing-masing).”(Az Zumar: 68)
Kemudian Allah memerintahkan malaikat maut untuk mencabut nyawa Jibril, Mikail, Israfil dan para malaikat pembawa Arsy yang empat,
maka tidak ada yang tersisa kecuali Allah dan
malaikat maut.
Kemudian Allah berkata kepada malaikat maut:
“Wahai malaikat maut, kamu adalah salah satu
dari makhluk-makhluk Ku, maka sekarang matilah kamu”, dengan demikian matilah malaikat maut dan tidak ada yang tersisa
kecuali Allah Yang Maha Perkasa, Yang Hidup,
Yang tidak pernah mati, Yang Awal Yang tidak
ada sebelumnya sesuatu apa pun, Yang Akhir
Yang tidak ada sesudahnya sesuatu apapun.
Kemudian Allah berkata:
“Akulah raja, Akulah
Penguasa, Dimanakah raja-raja bumi? Dimakah para penguasa? Dimanakah orang-orang yang sombong? Dan untuk siapakah kekuasaan pada hari ini? Maka Dzat menjawab dengan berkata: “Bagi Allah yang Maha Esa
lagi Perkasa.”
Keadaan alam semesta akan tetap seperti diatas selama 40 hari sebagaimana yang
diterangkan oleh hadis shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dari Abi Hurairah:
“Antara dua tiupan adalah 40”, orang-orang bertanya: “40 harikah wahai Abu Hurairah?”, ia menjawab: “Saya tidak tahu dan saya enggan untuk menjawab”, mereka bertanya lagi: “40
tahunkah?”, Abu Hurairah menjawab: “Saya tidak tahu dan saya enggan untuk menjawab”,
mereka bertanya lagi: “40 bulankah?”, Ia menjawab: “Saya tidak tahu dan saya enggan untuk menjawab.”
Kemudian setelah itu Allah menurunkan hujan dari langit seperti gerimis atau bayangan (naungan), yangmana dengannya tumbuhlah semua jasad makhluk dan sesungguhnya
semua manusia akan hancur kembali kecuali
“ekor yang terakhir” (tulang yang ada dipunggung paling bawah), darinyalah tumbuh
tubuh atau jasad dan tersusun kembali.
Setelah sempurna penciptaan tersebut
kemudian Allah menghidupkan Israfil sebagai makhluk yang dihidupkan, kemudian
memerintahkan untuk berseru dengan mengatakan: “wahai tulang-tulang yang hancur, sendi-sendi yang terputus, bagian-bagian yang terpisah dan rambut-rambut yang tercabik sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untuk bersatu kembali untuk keputusan keadilan..”
(Lihat bab: Hasyiyat Asshary terhadap Tafsir
Jalalain, 3:328 pada ayat 53, surat Yasin, yaitu
yang berarti: “Sesungguhnya ia hanyalah
sekali tiupan saja, maka tiba-tiba mereka sudah dihadirkan di hadapan kami)
3). Tiupan Ketiga, Tiupan Kebangkitan
Pada ‘Shur’ (terompet sangkakala) terdapat
lobang-lobang yang banyak sesuai dengan jumlah roh atau nyawa semua makhluk, maka Israfil pun meniupnya dan terbanglah semua roh ke jasadnya masing-masing. Arwah kaum Mukminin akan terbang dengan memancarkan nur (cahaya) sedangkan arwah kaum kafir akan menimbulkan kegelapan, kemudian Allah
berkata: “Demi kebesaran dan keperkasaanku
semua roh harus benar-benar kembali kepada
jasadnya yang dulunya ia huni di dunia”.
Dengan demikian bersemayamlah setiap roh di jasadnya dan setiapnya akan bangun dari
kuburnya masing-masing sedangkan kepalanya
masih bergelimang tanah, dan berkatalah orang-orang kafir:
“Inilah adalah hari yang
sulit”, sedangkan orang-orang Mu’min berkata:
“Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan dari kami”.
Seorang ulama Yahudi datang kepada Nabi dan berkata:
“Hai Muhammad atau hai Abul Qasim! Pada hari kiamat, Allah menggenggam langit dengan satu jari tangan, bumi dengan satu jari, gunung dan pepohonan dengan satu jari, air dan tanah dengan satu jari, begitu pula semua makhluk yang lain dengan satu jari. Kemudian Dia menggoyangkan mereka
semua sambil berfirman: ‘Akulah Raja, Akulah Raja!’” Rasulullah tertawa kagum mendengar perkataan orang alim itu. Beliau
membenarkan keterangan orang itu, kemudian
membacakan ayat:
“Dan mereka tidak
mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.
Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (Shahih Muslim No. 4992).
SubhanAllah...

Ayat Al'quran & Terjemah

Temukan kami


Popular Posts

pengunjung

Flag Counter